Dari pengalaman kami, kartu kredit (bank penerbit asal Indonesia) yang biasa digunakan untuk pembayaran  Uber di Indonesia tidak dapat digunakan Kolkata. Pada aplikasi Uber, selalu diarahkan untuk pembayaran secara tunai. Hal demikian tidak terjadi untuk kartu kredit traveller asal Amerika Serikat (kartu kredit AS) yang menikmati pembayaran taksi Uber dengan kartu kredit tanpa masalah selama di Kolkata. Sampai sekarang saya sendiri tidak tahu penyebab diskriminasi seperti ini.
Walaupun Taksi Uber dilengkapi dengan GPS pengemudinya, bukan berarti pengetahuan para pengemudi ini begitu baiknya sehingga dapat menemukan tempat yang kami maksud atau tuju di Kolkata. Misalnya saja Rumah Rabindranath Tagore yang sekarang menjadi Museum Tagore yang sangat terkenal, pengemudi taksi Uber yang mengantar kami tidak tahu lokasi persisnya dan menurunkan kami di tempat yang kurang tepat, sehingga kami harus menghabiskan waktu bertanya kepada penduduk sekitar sebelum melanjutkan perjalanan kaki beberapa ratus meter menuju lokasi Museum.
Di Kolkata, ada Kawasan Tangra yang dikenal sebagai kawasan tempat beberapa restoran masakan Cina hadir dan melayani penggemar masakan Cina. Memang Kawasan Tangra adalah kawasan pecinan. Namun jangan bayangkan ini kawasan pecinan seramai Glodok di Jakarta. Sangat jauh perbandingannya.
Kim Ling adalah nama restoran masakan Cina yang memiliki rating yang tinggi di Kawasan Tangra. Masakan Cina yang disajikan sungguh luar biasa rasa rempah Indianya. Sungguh pengalaman dan kejutan yang luar biasa merasakan masakan Cina mainstreamIndia di Restoran Kim Ling. Namun cerita selanjutnya lebih mengejutkan bagi kami penumpang Uber di Kolkata.
Walaupun Kawasan Tangra terkenal dengan beberapa restoran masakan Cina, bukan berarti kawasan ini banyak dilalui kendaraan umum termasuk taksi. Sehingga pilihan menggunakan Uber adalah yang terbaik saat itu. Selesai menikmati kejutan rasa Cina India di Kim Ling, kami memesan Taksi Uber, hampir 30 menit menanti baru kami mendapatkan taksi.
Itu juga masih menunggu sekitar 10 menit sebelum akhirnya kami sadar sedan putih Tata Indigo melakukan rem mendadak di depan Kim Ling hampir menabrak sepeda motor dari arah persimpangan. Ini babak pertama si pemuda driver, dibentak oleh pengemudi motor. Babak pertama yang singkat dan tanpa membuang waktu kami segera masuk ke mobil menuju Dakshineswar Kali Temple (Kuil Hindu terkenal di Kolkata).
Dengan kondisi mobil yang sering mati mesin sendiri, AC adalah kemewahan yang tidak kami peroleh secara stabil selama perjalanan dari Kim Ling ke Dakshineswar hampir 1,5 jam lamanya. Pemuda driver ini ternyata juga tidak pernah ke lokasi kuil Hindu terkenal itu sehingga mengandalkan GPS.
Hampir sekali lagi pengalaman kami berjalan beberapa ratus meter terulang gara-gara pengemudi yang tidak tahu lokasi. Jadi dengan usaha yang meyakinkan, pengemudi ini memaksa kami turun persis di depan sebuah rumah di pinggir jalan kecil yang alhamdulillah pemiliknya sedang membuka gerbang pagar dan kami tanyakan langsung akses jalan ke kuil tersebut.
Ah, pemilik rumah itu memanggil pengemudi dan menyuruh kami naik kembali ke taksi, memutar balik dan mencari kompleks militer terdekat dengan kuil untuk kemudian bertanya kembali ke petugas keamanan di dekat kompleks tersebut. Jalan ke kompleks militer bagus dan rapi sehingga pengemudi melaju dengan kencang, lupa kalau itu menuju kompleks militer.
Babak kedua terjadi, dibentak oleh petugas keamanan karena melaju sangat kencang. Rem mendadak, meminta maaf dan menjelaskan ke petugas sedang membawa turis ke arah kuil. Petugas menyuruh mobil sedikit mundur dan menunjukkan jalan sebenarnya.
Dakshineswar Kali Temple petang itu sangat ramai dan ternyata semakin senja semakin ramai. Ketika hampir mencapai gerbang kuil, pengemudi meminta maaf kepada kami dan meminta kami turun karena dirinya menerima order online baru. Ia menunjukkan bahwa ia telah mematikan order saya sejak kami berusaha diturunkannya di sebuah rumah di pinggir jalan tadi.