Mohon tunggu...
Andre Jayaprana
Andre Jayaprana Mohon Tunggu... Administrasi - write and share

seek first to understand

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Hebatnya Parkour di Candi Borobudur

26 Maret 2016   11:15 Diperbarui: 26 Maret 2016   11:32 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya masih ingat bagaimana Riyanni Djangkaru sebagai salah satu narasumber dalam acara Kompasianival 2015 bercerita tentang pengalamannya mengunjungi  berbagai objek wisata di tanah air, termasuk Candi Borobudur. Riyanni Djangkaru saat itu menegaskan pentingnya peran pemandu wisata untuk dapat memberikan informasi tentang latar belakang atau sejarah objek wisata tersebut. Saya sangat setuju. Sepanjang dapat ditelusuri tentang latar belakang atau sejarahnya, selain sumber pengetahuan yang bermanfaat, kisah-kisah menarik di seputar objek wisata merupakan nilai tambah yang dapat menarik minat wisatawan untuk mengunjunginya.

[caption caption="Area Stupa Candi Borobudur, 11/03/2016 - dokpri"][/caption]Ada hal yang menarik bagi saya ketika mengunjungi objek wisata seperti Candi Borobudur misalnya. Saya lebih memiliki kecenderungan untuk menempatkan Candi Borobudur ini sebagai pusat spiritualitas yang harus dihormati lebih dari sekadar objek wisata tempat bersenang-senang dan dikagumi. Minimal manfaat yang dipetik jika berkunjung ke Candi Borobudur adalah belajar sejarah dengan cara langsung datang ke lokasinya.

Tanggal 11 Maret 2016 lalu ketika  kami berkunjung ke Borobudur, sepasang wisatawan asing (pria dan wanita), baru saya sadari, tampak jalan berkeliling area stupa. Yang wanita berjalan di depan, sementara yang pria mengikuti di belakangnya. Saya perhatikan lebih lanjut, langkah mereka sangat teratur dan cara mengelilingi area stupa juga mengikuti arah putar jarum jam. Begitulah yang mereka lakukan hingga ke stupa utama. Saya tidak tahu ritual apa yang mereka lakukan itu. 

Cara berpakaian cukup sopan walaupun jelas bukan pakaian biksu yang lazim saya lihat. Setelah mencari tahu jenis ritual ini, rupanya inilah jenis ritual yang disebut Kora di Tibet. Jelas, pasangan ini bukan wisatawan biasa yang datang untuk bersenang-senang menyaksikan sekaligus mengagumi Borobudur.

Ini jugalah yang semakin menguatkan perspektif saya selama ini bahwa beberapa lokasi yang dikenal sebagai lokasi wisata seperti halnya Candi, baik itu peninggalan Hindu atau Buddha seharusnya disadari oleh pengunjungnya sebagai tempat yang layak dihormati dan sakral, sehingga menjaga sikap selama berkunjung ke lokasi tersebut adalah sudah layak dan sepantasnya.

Belakangan setelah kembali ke Jakarta, saya mendapatkan kehebohan tentang video aksi parkour di Candi Borobudur. Kekinian, banyak orang sudah lupa tentang apa yang layak dan pantas.

[caption caption="Berbagai Larangan dengan Petunjuk yang Jelas di Candi Borobudur - dokpri"]

[/caption]

[caption caption="Masih ada pengunjung tidak peduli kebersihan Candi, 11/03/2016 - dokpri"]

[/caption]

[caption caption="Pengunjung sebaiknya membaca petunjuk di lingkungan Candi dengan cermat - foto 11/03/2016, dokpri"]

[/caption]

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun