Mohon tunggu...
Andre Jayaprana
Andre Jayaprana Mohon Tunggu... Administrasi - write and share

seek first to understand

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jalan-jalan ke Cirebon-Kuningan Lagi

15 Desember 2015   12:46 Diperbarui: 15 Desember 2015   12:46 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk ketiga kalinya saya melintasi tol Cipali lagi tahun ini. Pertama waktu uji coba (bulan Juni), yang kedua pada acara bersama Kementerian PUPR dan Kompasiana (4 Juli), dan baru-baru ini tanggal 5 – 6 Desember lalu.

[caption caption="Selamat Datang di Cirebon (dokpri)"][/caption]

Rencana semula memang mau langsung ke Kuningan dulu. Tapi apa daya kondisi tol Cikampek yang lalu-lintasnya cukup padat membuat tujuan langsung ke Kuningan terpaksa diundur ke tanggal 6 Desember sekalian pulang kembali ke Jakarta melalui to Cipali. Karena memang sudah direncanakan akan bermalam di Cirebon, nah, beginilah jadinya begitu masuk ke Cirebon dulu pas waktu sekitar makan siang.

Yang mengenal Jalan Juanda Cirebon, pasti tahu benar apa yang istimewa sepanjang jalan itu. Selain toko oleh-oleh khas Cirebon yang banyak dijumpai di sepanjang jalan mulai dari Jalan Raya Cirebon – Bandung ke Jalan Juanda hingga Tuparev Cirebon, yang namanya rumah makan empal gentong itu cukup banyak penampakannya. Selain itu, melalui jalan-jalan utama inilah, akses ke pusat batik Trusmi Cirebon biasanya dilalui.

[caption caption="Yang khas jadi oleh-oleh antara lain aneka kerupuk ini (dokpri)"]

[/caption]

Dengan demikian acara pembuka kunjungan kami saat itu sudah jelas, melipir ke salah satu rumah makan empal gentong yang berlokasi di kawasan itu. Walaupun waktu sudah menunjukkan pukul 13.30 WIB, rumah makan tersebut tetap ramai dengan pengunjung yang datang. Jalan menjadi tersendat. Tempat parkir menjadi sangat langka sehingga dengan terpaksa saya memarkir kendaraan di seberang jalan yang relatif lebih lancar lalu lintasnya dan menyeberang menuju rumah makan itu.

[caption caption="Keramaian di Jalan Juanda, Cirebon (dokpri)"]

[/caption]

[caption caption="Ayo silakan empal gentong dan satenya... (dokpri)"]

[/caption]

[caption caption="Kalau yang ini empal asemnya, kuahnya bening dan segar (dokpri)"]

[/caption]

[caption caption="Es Durian H. Apud, paling pas setelah menikmati empal gentongnya (dokpri)"]

[/caption]

Selesai menikmati makan siang yang nikmat, waktu sudah hampir pukul 15.00 WIB, kami pun memutuskan untuk beristirahat dulu di hotel untuk selanjutnya mengikuti ibadah misa di Gereja Katolik Santo Yusuf pada pukul 17.00 WIB. Waktu rasanya tertata begitu sempurna untuk kota seukuran Cirebon. Malam itu setelah beribadah, waktu makan malam pun tiba. Rumah makan yang terkenal inilah yang kami tuju malam itu.

[caption caption="Nasi Jamblang Ibu Nur di Jalan Cangkring II (dokpri)"]

[/caption]

[caption caption="Nasi Jamblang Ibu Nur, buka dari pukul 07.00 WIB sampai malam pun masih ramai (dokpri)"]

[/caption]

[caption caption="Lauk silakan pilih sendiri sesuai selera (di rumah makan nasi jamblang Ibu Nur), dokpri"]

[/caption]

Sisa waktu malam Minggu kami habiskan dengan berburu batik Trusmi yang memang menjadi favorit saya kalau sudah mampir di Cirebon. Rupanya kami adalah pengunjung terakhir yang keluar dari toko pada malam itu.

[caption caption="Berburu batik Trusmi di malam Minggu (dokpri)"]

[/caption]

Setelah istirahat yang cukup, maka pada hari Minggu pukul 09.00 WIB kami sudah meninggalkan hotel menuju Gua Maria Sawer Rahmat Kuningan yang berada di kaki Gunung Ceremai itu. Tidak terlalu susah bagi kami untuk mengenali rumah makan Cahaya Rasa yang berada di pinggir jalan raya menuju Kuningan itu. Patokannya adalah kalau sudah melewati RSUD Linggarjati ke arah pusat kota Kuningan maka siap-siap lihat ke kiri jalan karena ada rumah makan dan sekaligus produsen tahu lamping yang sudah siap dengan sajian tahu lamping khas Kuningan itu untuk dinikmati. Karena aksesnya cukup mudah, ini kedua kalinya saya berhenti di situ untuk membeli satu keranjang tahu lamping yang nikmat dimakan dengan cabe rawit hijau selama perjalanan.

[caption caption="Tahu lamping yang lezat, khas Kuningan (dokpri)"]

[/caption]

[caption caption="Ibu-ibu sudah sibuk dari pagi di produsen tahu lamping Cahaya Rasa (dokpri)"]

[/caption]

Pada kunjungan sebelumnya, pernah saya menyimpan tahu lamping yang dibeli di lemari es dan baru esok harinya saya nikmati tanpa dihangatkan dulu. Rasanya sih bagi saya tetap nikmat walaupun dingin begitu. Itulah salah satu keunikan tahu lamping ini bagi saya. Tapi mungkin jangan ditiru karena selera orang berbeda-beda. Pernah juga saya nikmati tahu lamping ini dengan cuka pempek Palembang, ternyata enak juga loh, hahaha…

Soal kuliner, kesederhanaan kuliner Kuningan adalah kenikmatan tersendiri bagi saya. Bahkan di sekitar akses masuk Gua Maria Sawer Rahmat, Desa Cisantana, cukup membuat saya kaget setelah dua puluh tahun tak berkunjung. Sempat saya mencicip kripik ubi ungu dan tape ketan yang dijual di sekitar lokasi itu. Kripik ubi ungunya top banget. Dan tape ketan yang masih baru ketika saya beli, setelah disimpan 3 hari, wah nikmat dan segarnya. Kapan-kapan kalau berkunjung pasti ini yang dicari lagi.

[caption caption="Kripik Ubi Ungu, Desa Cisantana (dokpri)"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun