Sudah tepat pernyataan Velix Wanggai, Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR dalam acara Kompasiana Visit Tol Cipali pada tanggal 4 Juli 2015 lalu, yang pada intinya menyatakan bahwa membangun infrastruktur berarti membangun bangsa. Hal yang paling menonjol sebagai contoh pernyataan itu adalah bila kita melihat apa yang dilakukan Tiongkok hingga pencapaiannya saat ini.
Di Indonesia, Tol Cipali sendiri adalah salah satu buktinya. Hal ini tentu saja tanpa mengenyampingkan fakta bahwa pembangunan infrastruktur di Indonesia hingga memasuki usia kemerdekaan yang sebentar lagi mencapai 70 tahun bukan tanpa arti sama sekali. Indonesia telah mengalami berbagai tonggak pencapaian pembangunan infrastruktur, walaupun harus diakui bahwa berbagai hambatan dan tantangan dalam percepatan pembangunan kerap terjadi. Ambil contoh masalah klasik terkendalanya realisasi jalan tol Trans Jawa hingga saat ini. Namun demikian juga, tetap jelas ada kesinambungan dalam pembangunan infrastruktur jalan tol Trans Jawa. Itu semua upaya anak bangsa yang berkesinambungan.
Pembangunan tol Trans Jawa yang masih menjadi pekerjaan rumah, menurut data terakhir yang terdapat pada Majalah Kiprah (terbitan Kementerian PUPR Juni –Juli 2015), mencapai panjang 642,56 km lagi. Padahal, sejak 200 tahun yang lalu ide untuk membangun Trans Jawa sudah dimulai. Masalah klasik yang menghambat tentu saja masalah pembebasan lahan yang belum selesai.
Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR tetap optimis dengan target selesainya masalah pembebasan lahan pada tahun ini. Ini sebagai salah satu upaya mempercepat realisasi pembangunan jalan tol yang masih tertunda karena masalah klasik tersebut.
Tol Cipali yang diresmikan oleh Presiden Jokowi pertengahan Juni 2015 lalu telah membuktikan bagaimana multiplier effect dari infrastruktur jalan tol saat ini mulai bekerja. Berita-berita optimisme tersebut mulai muncul dari pemerintah-pemerintah daerah setempat yang dilalui oleh jalan Tol Cipali. Pemkab Subang misalnya, menyatakan sejak dibangunnya Tol Cipali, zona industri berupa lahan yang disediakan oleh pemerintah hampir habis alokasinya.
Yang paling sederhana untuk segera dirasakan tentu saja penghematan biaya perjalanan dan perawatan alat transportasi yang selama ini harus melalui rute dan waktu tempuh lebih panjang. Belum lagi untuk sentra-sentra wisata di berbagai daerah yang dapat diakses lebih cepat dan mudah. Restoran dan hotel di Cirebon dan Kuningan dapat mengambil kesempatan baik dari hadirnya Tol Cipali ini (lihat artikel Liburan Singkat ke Cirebon dan Kuningan, Manfaatkan Uji Coba Tol Gratis Cipali).
Berikut ini adalah foto-foto liputan dari acara Kompasiana Visit Tol Cipali yang menunjukkan bagaimana perbaikan terus dilakukan untuk melayani masyarakat pengguna jalan Tol Cipali. Dari hasil liputan ini juga terlihat bagaimana multiplier effect yang dapat dilihat pada rest area yang sudah mulai dihadiri dengan berbagai bidang usaha.
Â
Â
Â
Memasuki masa mudik Lebaran Juli 2015 ini, pemberitaan seputar Tol Cipali yang penulis ikuti setiap harinya baik secara online melalui mainstream media maupun media sosial, sangat terasa nuansa keuntungan atau manfaat yang diperoleh masyarakat pengguna jalan Tol Cipali selama arus mudik dan arus balik terjadi. Namun demikian besarnya manfaat yang diperoleh cukup terganggu dengan masih seringnya muncul berita kecelakaan lalu lintas di Tol Cipali yang memakan korban jiwa bahkan hingga kemarin, 24 Juli 2015. Satu lagi masalah klasik yang mungkin harus diselesaikan melalui revolusi mental para pengguna jalan tol di manapun berada. Karena berbagai peringatan tentang keselamatan berkendaraan tidak kurang banyaknya. Semoga semua pengguna jalan Tol Cipali selamat, sehat dan sejahtera pada akhirnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H