Di manakah aku berada ? Oh, di tanah, air dan angkasanya Tuhan
Inilah ruang mulia, anugerah Tuhan di timur Indonesia
Negeri indah Manggarai Barat
Manggarai Barat memang kaya akan pesona itu, sebut saja Gili Lawa, di puncak Gili Lawa Darat ruang imajinasi akan mudah terbuka.
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/07/24/west-2-55b2121fb27a61b541a4cbc9.jpg?v=600&t=o?t=o&v=770)
Kekaguman, rasa syukur, setiap helaan napas dan entah ramuan emosi apalagi yang menyeruak. Memerangkap kilau terbit mentari di satu saat, atau menanti dalam hening samudra dan angin yang berbisik tentang saat-saat terbenamnya, Gili Lawa adalah lokasi yang sangat menyentuh hati.
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/07/24/west-5-55b21284d592738508fe44c4.jpg?v=600&t=o?t=o&v=770)
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/07/24/west-3-55b212db34937332148094bf.jpg?v=600&t=o?t=o&v=770)
Dan siapa yang tidak mengenal makhluk legendaris ini, Komodo. Walaupun penampakannya agak berkurang di bulan Juli ini karena memasuki musim kawin, tapi kemunculan satu atau dua ekor predator perkasa ini di hadapanku seolah mengantar diri ke ruang imajinasi mendengar bisik: “hei…ya kamilah Komodo, harap dicatat kami masih hadir di Bumi ini.” Kemunculan Komodo adalah kenyataan yang tidak pernah mengecewakanku walaupun banyak yang bersembunyi di musim kawin.
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/07/24/west-6-55b21327ca23bd9808eb1810.jpg?v=600&t=o?t=o&v=770)
Tetapi di musim kawin komodo seperti ini jugalah, mungkin, kedua rusa ini dapat sejenak berpose elok di hadapanku, imajinasi lainnya yang seolah berkata inilah kami rusa-rusa cantik dari Pulau Komodo, rekamlah penampakan kami yang elok ini, terbitkan di media warga Kompasiana. Suatu waktu nanti, entah, kami tiada lagi. Tahukah dirimu bahwa kami adalah bagian dari rantai makanan di Pulau Komodo, dan mudah ditebak jika diri kami adalah menu nikmat sang predator perkasa.
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/07/24/west-7-55b21359e122bdf207995d62.jpg?v=600&t=o?t=o&v=770)
Satu ketika, kapal merapat di perairan Pulau Kalong. Sejenak aku menanti detik-detik teater yang sangat memukau. Sang mentari mulai terbenam dan sentuhan jingga dari arah Pulau Kalong mulai diramaikan dengan ritual abadi beterbangannya kalong keluar dari sarangnya. Teater? Kalau ini adalah seni pertunjukan maka kita semua tahu siapa maestronya.
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/07/24/west-8-55b213bd26b0bd5507e311bb.jpg?v=600&t=o?t=o&v=770)
Dari Pulau Kalong? Ya kalong. Kelelawar. Banyak sekali jumlahnya terbang melintasi diriku, melintasi kapal-kapal yang membawa penikmat anugerah Tuhan di timur Indonesia. Kalong yang luar biasa besar ukurannya yang pernah aku saksikan selama ini. Entah ribuan jumlahnya, sepertinya kawanan itu tahu betul ke mana harus mencari makan di malam itu.
Lain pula situasi senja di Labuan Bajo ini. Pemandangan seperti ini seolah membawa diri ke saat-saat awal manusia penjelajah samudra, menemukan benua baru, setidaknya itulah kesan yang paling pas untuk mengenang dan proyeksikan berbagai literatur tentang penjelajah dunia dan awal koloni baru di Tanah Air yang baru, kisah-kisah yang sangat kunikmati. Perjalanan manusia-manusia tangguh menantang samudra raya.
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/07/24/west-4-55b213f8ca23bd8808eb180f.jpg?v=600&t=o?t=o&v=770)
Tanah, air, dan angkasanya Tuhan, negeri indah Manggarai Barat, suatu ketika melintasi pulau yang bak rangkaian piramida.
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/07/24/west-10-55b2142c917a6140073cd7f6.jpg?v=600&t=o?t=o&v=770)
Suatu saat ruang imajinasi menangkap pulau yang bak gorila menengkurap.
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/07/24/west-9-55b21471a6afbd650702ac20.jpg?v=600&t=o?t=o&v=770)
Dan di suatu situs wisata alam, Batu Cermin Labuan Bajo, situs gua alamiah yang menurut keterangan yang kuperoleh berusia 60 juta tahun, kejutan lain menanti. Gua yang suatu ketika diduga berada di dalam laut ini, mungkin saja terangkat ke permukaan karena aktivitas vulkanik cincin api nusantara yang dahsyat itu. Lihatlah penampakan salah satu dinding alamiah bagian luar gua Batu Cermin ini? Apakah imajinasi Anda tentang itu?
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/07/24/west-16-55b214a2b27a61aa41a4cbc7.jpg?v=600&t=o?t=o&v=770)
Ini adalah foto salah satu sudut Gereja Katolik, Paroki Roh Kudus di Labuan Bajo. Bunda Maria selalu mendapat tempat yang spesial di hati umat Katolik. Tidak heran jika di dalam bagian bangunan Gereja Katolik, ada tempat khusus umat untuk berdoa melalui perantaraan Bunda Maria.
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/07/24/west-11-55b214e4b27a616f41a4cbc6.jpg?v=600&t=o?t=o&v=770)
Tapi Batu Cermin Labuan Bajo adalah situs alamiah, situs yang muncul karena adanya peristiwa alam tanpa campur tangan manusia. Lihatlah foto salah satu interior alamiah gua Batu Cermin ini:
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/07/24/west-12-55b2152126b0bd1f07e311b9.jpg?v=600&t=o?t=o&v=770)
Dan ini bagian istimewanya:
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/07/24/west-13-55b21552b27a61bf41a4cbc7.jpg?v=600&t=o?t=o&v=770)
Gua Batu Cermin adalah fakta yang merekam kehidupan jutaan tahun lalu di Planet Bumi.
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/07/24/west-15-55b2166aaf7e617e0c6e79b0.jpg?v=600&t=o?t=o&v=770)
Jadi ini bukanlah imajinasi. Ini adalah fosil.
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/07/24/west-14-55b2158bd59273aa09fe44c4.jpg?v=600&t=o?t=o&v=770)
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/07/24/west-17-55b215bcd592738408fe44c5.jpg?v=600&t=o?t=o&v=770)