Mohon tunggu...
Andre Jayaprana
Andre Jayaprana Mohon Tunggu... Administrasi - write and share

seek first to understand

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Begini Tiga Jam Off-Road di Gurun Sinai

15 Agustus 2014   03:48 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:30 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bangsa mana yang begitu sialnya berputar-putar di padang gurun selama 40 tahun lamanya ? Di gurun Sinai ? Ya ! Kisah yang dipercaya terjadi lebih kurang 3.500 tahun lalu.

Siang itu, kami menyeberangi Terusan Suez melalui terowongan Ahmed Hamdi menuju Sinai. Makan siang (lunch box) sudah disiapkan pada awal keberangkatan dari Kairo karena memang tidak ada rencana perhentian untuk makan siang di sepanjang jalur Ahmed Hamdi menuju Abu Zenima. Makan siang kami nikmati di bus sambil menunggu pukul 12.00 siang tepat untuk bus kembali berjalan sesuai dengan syarat keamanan yang harus diikuti. Sekitar pukul 13.30 siang,  kami tiba di Abu Zenima untuk ganti kendaraan lebih kecil. Bus kosong wisatawan dibawa oleh supir dan seorang tour guide ke St. Catherine tempat tujuan akhir kami hari itu. Prosedur ini terpaksa ditempuh karena jalur jalan raya  ke selatan menuju St. Catherine, Sinai, tertutup bagi bus yang mengangkut wisatawan. Demikianlah awal off-road kami di gurun Sinai, padang tandus yang kurang lebih 3.500 tahun lalu dipercaya menjadi tempat bernaung bangsa yang begitu sialnya karena berputar-putar di gurun itu selama 40 tahun lamanya.

[caption id="attachment_319251" align="aligncenter" width="450" caption="Dokumen Pribadi: Menjelang Terowongan Ahmed Hamdi"][/caption]

[caption id="attachment_319252" align="aligncenter" width="450" caption="Dokumen Pribadi: Lunch Box dinikmati di Bus"]

1408023107493308691
1408023107493308691
[/caption]

[caption id="attachment_319253" align="aligncenter" width="450" caption="Dokumen Pribadi: Ayo Off-Road !"]

1408023164792311035
1408023164792311035
[/caption]

Tiga jam off-road di gurun walaupun cukup membuat tubuh bergoyang, bergetar, terlonjak dan kaki memasang kuda-kuda yang cukup tegar untuk membantu tubuh agar tetap lengket di bangku tentu tidak sebanding dengan 40 tahun berputar-putar di gurun 3.500 tahun lalu. Panas terik dan tandus, bagian gurun Sinai yang kami lalui bukanlah padang pasir, melainkan padang tandus berbatu dan berbukit dengan sedikit sekali rumput liar, tanah tandus berdebu kecoklatan, kombinasi dengan bukit batu coklat, hitam dan putih. Kain penutup jendela mobil diminta agar ditutup untuk mengurangi panas yang menembus kaca jendela. AC mobil lumayan membantu kami bertahan. Kegemaranku menonton film yang sedikit futuristis tentang perjalanan ke luar angkasa, menembus batas ruang dan waktu, menemukan planet baru tak berpenghuni, itulah sekilas yang membuat terpikir dan aha…ini ya barangkali situasi planet tanpa kehidupan.

[caption id="attachment_319254" align="aligncenter" width="450" caption="Dokumen Pribadi: Stop sebentar menyusun ulang barang bawaan"]

1408023255408255577
1408023255408255577
[/caption]

[caption id="attachment_319255" align="aligncenter" width="450" caption="Dokumen Pribadi: Tandus"]

14080233281154061041
14080233281154061041
[/caption]

[caption id="attachment_319256" align="aligncenter" width="450" caption="Dokumen Pribadi : Lagi Periksa Ban..."]

1408023383641348181
1408023383641348181
[/caption]

Tapi gurun Sinai yang kami lalui bukanlah tanpa kehidupan sama sekali, masih ada rumput liar yang tumbuh secara sporadis, di antara bukit-bukit berbatu masih ada pohon yang tumbuh walaupun daunnya entah kapan tumbuh lagi, sesekali kami melihat ada satu-dua ekor kambing yang entah tersesat atau liar. Masih sempat kulihat burung-burung mendarat di sela-sela bukit batu yang merentang. Tandus tetaplah tandus. Dan entah di mana sang air.

[caption id="attachment_319258" align="aligncenter" width="450" caption="Dokumen Pribadi : Meluncur..."]

14080236892035782488
14080236892035782488
[/caption]

[caption id="attachment_319259" align="aligncenter" width="450" caption="Dokumen Pribadi : Latar Belakang Lokasi yang dipercaya sebagai tempat bangsa Israel berputar-putar selama 40 tahun"]

1408023767948876473
1408023767948876473
[/caption]

Hampir 1,5 jam perjalanan, mobil melalui jalan berbatu-batu. Kiri-kanan jalan pun bertumpuk batu-batu. Pak supir mulai membunyikan klakson, intensitasnya semakin sering. Semula kami tidak mengerti apakah sebabnya klakson semakin sering dibunyikan. Sejenak senyap dan tour guide berbincang dalam bahasa Arab kepada supir. Tidak lama kemudian kami dijelaskan bahwa biasanya ada anak-anak Bedouin yang berada di sekitar tumpukan batu-batu tersebut. Mereka ini sangat senang jika ada mobil yang melalui daerah itu dan supir juga biasanya melambatkan mobil untuk sekadar menyapa dan memberikan permen kepada anak-anak tersebut. Entah mengapa saat itu tidak ada satu pun yang muncul. Sekitar 30 menit kemudian kami mulai mengerti…, karena tampaknya kami akan melalui jalur dekat pemukiman Bedouin. Nah…itu dia…mula-mula tampak dua orang anak laki-laki kecil tampak ragu mengejar mobil yang kami tumpangi, klakson dibunyikan, mobil melambat, anak-anak tersebut mulai mengejar mobil…Nah…itu ada lagi dari depan tampaknya lebih besar dari yang dua tadi, mereka lebih cepat larinya menuju mobil, dua orang anak yang lebih besar (seingatku perempuan) berhasil mendekat mobil dan mendapatkan hadiah dari sang supir. Ya Tuhan pikirku…anak-anak ini yang jauh dari peradaban kota besar dunia…Sejurus kemudian tour guide mengatakan kepada kami:”lihat itulah mereka desert darling yang sesungguhnya”. Sekarang aku cukup bersyukur karena tidak memungkinkan bagiku dalam kondisi tersebut memotret anak-anak tersebut. Cukuplah mataku yang memandang betapa kehidupan gurun, nyata bagi anak-anak tersebut. Betapa anak-anak di gurun Sinai sekalipun, mereka adalah anak-anak yang menikmati ruang dan waktunya, anak-anak yang bahagia disapa penuh perhatian dan diberikan hadiah permen dari sang supir. Anak-anak dengan dunianya sendiri.

[caption id="attachment_319260" align="aligncenter" width="450" caption="Dokumen Pribadi: Lokasi bebatuan yang mampu memantulkan suara tepat satu kali secara sempurna"]

1408023883498475174
1408023883498475174
[/caption]

Perjalanan berlanjut dan beberapa menit kemudian pak supir menghentikan mobil di dekat bukit batu yang menjulang. Inilah rahasia bukit batu yang menjulang tersebut. Dari satu titik tertentu kami berdiri dan bersuara lantang/tegas dan mantap (tanpa berteriak), bebatuan akan mengulang/memantulkan suara kita tepat satu kali. Ya, tepat satu kali saja akan diulang. Akhirnya mobil kembali melaju dan dalam waktu yang tidak lama dari perhentian terakhir kami di gurun Sinai itu, jalan raya utama yang cukup sepi kendaraan mulai terlihat. Mobil yang tetap melaju perlahan dan pasti, akhirnya memasuki jalan raya yang mulus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun