Mohon tunggu...
Andre Rahman
Andre Rahman Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

"I Just Run", Tom Hanks in Forest Gump 1994.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Kritis dan Kreatif Menanggapi Laporan Pencapaian MDGs ke-1

22 Oktober 2012   13:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:31 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

8,50%

-2000 Kkal/kapita/hari

61,86% (2009)

35,32%

Data yang disajikan dalam Laporan Pencapaian MDGs tersebut menujukkan angka penurunan walaupun masih kurang signifikan. Prevalensi balita gizi buruk turun dari 5,4% (2007) menjadi 4,9% (2010), namun untuk prevalensi balita gizi kurang tidak mengalami penurunan dari angka 13,0% dari tahun 2007 ke tahun 2010. Menurut Riskesdas 2010, data prevalensi balita gizi buruk/kurang berdasarkan tempat tinggal menunjukkan bahwa di perdesaan prevalensi balita gizi buruk/kurang (20,7%) lebih besar daripada di perkotaan (15,3%). Berdasarkan pendidikan kepala keluarga, dapat disimpulkan bahwa prevalensi balita gizi buruk/kurang pada balita yang kepala keluarganya berpendidikan rendah lebih besar dibandingkan balita yang kepala keluarganya berpendidikan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan kepala keluarga dan tempat tinggal berpengaruh kepada status gizi balita. Berikut ini disajikan data Riskesdas tahun 2010 mengenai status gizi balita :

1350911092959484509
1350911092959484509
1350911237845897311
1350911237845897311

Salah satu tantangan yang menarik dalam target 1C ini adalah mewujudkan pola konsumsi pangan masyarakat yang seimbang. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mewa Ariani dan Tri Bastuti Purwantini di Jawa Barat mengenai Analisis Konsumsi Pangan Rumah Tangga Pasca Krisis Ekonomi di Propinsi Jawa Barat menghasilkan kesimpulan bahwa jenis pangan pokok yang diminati masyarakat Jawa Barat pasca krisis ekonomi adalah beras dan mie instant. Hal ini menunjukkan bahwa beras masih menjadi jenis pangan pokok yang paling diminati sedangkan mie instant yang bahan pokoknya gandum, tidak diproduksi di Indonesia, malah menjadi makanan pokok favorit kedua bagi masyarakat Jawa Barat. Meskipun penelitian yang dilakukan tidak berskala nasional namun hasil penelitian di Jawa Barat cukup membuka pandangan kita bahwa pola konsumsi pangan masyarakat masih monoton. Pemerintah  telah mengupayakan diversifikasi pangan lokal seperti umbi-umbian, jagung, dan sagu untuk dalam rangka mengurangi konsumsi beras 1,5 persen per tahun. Tetapi faktanya, sebagaimana diberitakan Media Indonesia dalam kurun waktu semester pertama tahun 2011, pemerintah masih mengimpor sejumlah komoditas pangan seperti, beras, jagung, biji gandum dan meslin, tepung terigu, gula pasir, dll. dengan total volume 11,33 juta ton.

Solusi pertama untuk mewujudkan pola konsumsi pangan masyarakat yang seimbang adalah dengan mengurangi impor beras. Semakin sedikit impor beras maka peluang masyarakat untuk mengonsumsi bahan pangan lokal selain beras semakin besar sehingga pola konsumsi pangan masyarakat tidak monoton. Kedua, kebijakan pemerintah dalam pengadaan diversifikasi pangan lokal sudah cukup baik namun perlu adanya monitoring dan evaluasi dalam prakteknya untuk memastikan berjalannya program dan menghasilkan output/outcome yang jelas. Pemerintah, swasta, dan masyarakat perlu bekerjasama bagaimana mengolah sumber daya bahan pangan lokal selain beras seperti jagung, sagu, umbi-umbian, ikan segar, dll. untuk menghasilkan produk pangan yang diminati masyarakat. Ketiga, masyarakat juga perlu dicerdaskan melalui penyuluhan, promosi dan iklan, dan melalui program pemberdayaan masyarakat yang menekankan pola konsumsi pangan seimbang dengan memanfaatkan sumber daya pangan lokal. Sebagai negara agraris tentu kelaparan tidak akan terjadi karena sumber daya pangan lokal Indonesia jumlahnya banyak jika kita benar-benar memanfaatkannya.

Referensi :

Ariani, M dan Tri Bastuti P. Analisis Konsumsi Pangan Rumah Tangga Pasca Krisis Ekonomi Di Propinsi Jawa Barat. Diunduh 4 Oktober 2012, pukul 15.20 WIB.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010.

Rudolf, W. 2011. Impor Pangan Indonesia Terus Naik. Diunduh 4 Oktober 2012, pukul 16.40 WIB.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun