Ritual ini dilaksanakan pada setiap musim tanam, ketika padi berumur satu pekan. Tujuannya yaitu agar tanaman padi terhindar dari hama tikus dan wereng, serta menghasilakan panen padi yang melimpah. Hasil panen yang baik  menjadikan harapan dan dambaan oleh semua petani di Solok. Selain itu do'a tolak bala diperuntukkan agar terhindar dari segala macam bencana dan malapetaka ataupun hal buruk lainnya.
Nilai Makna Yang Terkandung
Bakaua adat ini mengandung makna ucapan syukuran kepada Tuhan Yang Maha Esa dan meminta kepada Tuhan agar memberikan rezeki yang lebih banyak dari tahun- tahun yang sebelumnya dalam hal hasil pertanian. Tujuan lain dari upacara bakaua adat adalah meningkatkan silahturahmi antar sesama, meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa karena semua orang yang mengikuti acara bakaua adat ini dianjurkan menggunakan pakaian muslim dan khusus bagi kaum perempuan diwajibkan memakai baju kurung yang merupakan baju keberan orang Minagkabau (Yuniarti, 2015).
Di era sekarang, ritual ini digelar sebagai upaya melestarikan tradisi warisan leluhur sekaligus menarik minat wisatawan untuk datang ke Solok. Areal persawahan Solok oleh pemerintah setempat telah ditetapkan sebagai Agrowisata andalan Kota Solok. Untuk mendukung hal ini,berbagai fasilitas, seperti gazebo,telah dipasang untuk lebih  memanjakan pengunjung.
Dengan rasa syukur dan kekayaan budayanya yang begitu memikat, tradisi Tulak Bala di Solok adalah cerminan dari keindahan kehidupan dan kultur yang masih lestari di tengah-tengah masyarakat. Lebih dari sekadar ritual, Tulak Bala adalah perwujudan cinta dan kepedulian terhadap tanah, budaya, dan tradisi leluhur.Â
Dengan tradisi Tulak Bala, Solok mempertahankan warisan lama yang tak ternilai harganya dan membuka pintu bagi orang-orang dari seluruh dunia untuk memahami kekayaan budaya Indonesia. Semoga tradisi ini tetap hidup dan terus berkembang, menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk melestarikan warisan nenek moyang mereka dan merayakan kekayaan budaya yang ada di "Bumi Ranah Minang."(Akbar, 2023 ).
Perlu diingat pelestarian budaya itu penting,kita yang berada di generasi Z yang tumbuh  dalam dunia serba digital dan canggih juga perlu untuk menjaga warisan budaya kita yang kaya akan nilai -- nilai leluhur, dan makna hidup yang berarti didalamnya.Â
Bahakan, dalam era yang serba digitalisasi ini kita bisa lebih mudah melestarikan budaya dengan  memanfaatkan media, seperti media elektronik disana kita bisa mempublisnya disana.Kita anak muda sebagai penerus dan harapan bangsa harus bisa melestarikan dan mencegah kekayaan -- kekayaan budaya Indonesia ini agar tidak pudar.
Sumber :
Akbar C.F.,(2023). Menyelami Keindahan Tradisi Tulak Bala: Merayakan Kekayaan Budaya Solok.https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/11/01/menyelami-keindahan-tradisi-tulak-bala-merayakan-kekayaan-budaya-solok
Kumoro, H.S., (2021). Tulak Bala, Ritual Tulak Bala Untuk Panen Padi Melimpah di Solok. https://www.kompas.id/baca/dikbud/2021/08/22/tulak-bala-ritual-tolak-bala-untuk-panen-padi-yang-melimpah-di-solok
Oktaria .,(2021).Agar Terhindar Hama Tanaman ,Petani di Solok Gelar Doa Tolok Bala. https://www.gatra.com/news-525903-Gaya%20Hidup-agar-terhindar-hama-tanaman-petani-di-solok-gelar-doa-tolak-bala.html
Mahmud Emil.,(2021). Tulak Bala Sebagai Kearifan Lokal, Yang jadi Tradisi di Tengah Kemajuan Zaman. https://padang.tribunnews.com/2021/11/03/tulak-bala-sebagai-kearifan-lokal-yang-jadi-tradisi-di-tengah-kemajuan-zaman#google_vignette
Mutia, Manda.,(2021) Â Tolak Bala. https://www.scribd.com/document/493924384/TOLAK-BALA