Beni dapat dikatakan sebagai lelaki yang perhatian, terlalu protektif, pemarah dan manja. Sikapnya yang pemarah sering tergambarkan melalui sikapnya yang selalu gampang tersulut api emosi setiap menghadapi berbagai permasalahan asmara dengan Milea. Diluar sifatnya yang pemarah, Beni juga memiliki sifat perhatian terhadap Milea. Tak luput kadang bentuk rasa perhatian Beni tersampaikan ke Milea melalui hal-hal yang ia lakukan terhadap Milea.
Setelah membahas tokoh-tokoh penting dalam novel ini, kita beralih ke sudut pandang yang digunakan penulis dalam novel ini. Sang penulis memutuskan untuk menggunakan sudut pandang orang pertama serba tahu. Sang penulis menjadikan Milea sebagai tokoh utama yang menceritakan segala kejadian di masa SMA nya dengan detil-detil yang menunjukkan bahwa dia sangat tahu dengan apa yang Ia alami saat itu.
Beranjak dari novel, kini akan dibahas mengenai latar belakang dan riwayat hidup singkat sang penulis, Pidi Baiq. Herdi Pidi Baiq atau yang lebih dikenal dengan nama Pidi Baiq, merupakan seorang seniman berdarah Sunda yang lahir di Bandung pada tanggal 8 Agustus 1972. Pidi Baiq telah lama berkiprah di dunia seni nasional, tidak hanya sebagai penulis, beliau juga bergerak di bidang musik, sastra, dan bahkan di Pendidikan. Pengalamannya selama berkiprah di dunia seni menjadi alasan dari penggunaan tata Bahasa di novel dilan yang bias dibilang berbeda dari novel-novel romansa yang lainnya.
Di masa ia menulis novel ini, besar kemungkinannya ia sedang terpikir dan bernostalgia dengan masa lalunya di Bandung ketika dia mengenyam Pendidikan SMA-nya disana. Banyak rumor yang berspekulasi bahwa kisah Dilan dan Milea merupakan kisah percintaannya  ketika menjalani SMA di Bandung.
Selama masa hidupnya, Pidi Baiq hidup dalam lingkungan yang menunjang dirinya menjadi seniman yang seperti dirinya saat ini.
Itulah sekian resensi singkat dari novel Dilan: Dia Adalah Dilanku 1990 yang ditulis oleh Pidi Baiq.
