[caption id="attachment_375006" align="alignnone" width="655" caption="sumber : newobservasi. blogspot.nl"][/caption]
Terjadinya pembunuhan dua anggota intelkam Kodim 103 Aceh Utara- Kodam Iskandar Muda, tidak terlepas dari geramnya kombatan GAM dilapangan. Informasi dari seorang warga bernama Daud (43) berbagai ulah para intel yang sering menakut-nakuti warga. Namun lebih dari itu, bagi kombatan GAM pembunuhan itu merupakan signal bagi Jakarta, mereka mengirimkan pesan langsung bahwa GAM masih Eksis!. Disisi lain kriminalitas kombatan GAM itu menuai reaksi keras dari Pemerintah RI, Menhan mengatakan akan memberlakukan DOM di Aceh dalam waktu singkat apabila terjadi sekali lagi. Inikah awal perang baru GAM-RI itu ?
---
Para kombatan GAM diseluruh wilayah Aceh memang masih ada, mereka tersebar di seluruh penjuru Aceh. Pembiayaan mereka bukan legi bersumber dari Pemerintah Propinsi NAD. Pembiayaan dari berbagai kontraktor di seantero negeri 5-10% masuk kas kombatan GAM melalui sebuah partai pemenang Pemilu. Bagi GAM MOU Helsinski bukan berarti Aceh tetap bernaung dibawah NKRI tetapi merupakan kesepahaman yang merupakan transisi menuju kemerdekaan negara Aceh seutuhnya, mereka mempunyai tahapan hingga desakan Referendum dalam dua tahun kedepan atau kembali melakukan perlawanan bersenjata.
[caption id="attachment_375086" align="aligncenter" width="289" caption="sumber : flickr.com"]

Paska MoU Helsinki pada tanggal 15 Agustus 2005, di Aceh tidak ada lagi kata merdeka, melainkan istilah baru yang muncul yaitu damai. Walaupun harus diakui bahwa beberapa kali inisiatif perdamaian dilakukan, namun selalu berujung pada kegagalan. Damai di tahun 2005 lalu memang sedikit banyak dipengaruhi oleh situasi Aceh paska-Tsunami 2004.
Tahun 2005 menjadi titik akhir dari segala permusuhan antara Pemerintah RI-GAM. Mereka yang menetap di gunung turun ke kota. Mereka yang menetap di luar negeri kembali ke tanah endatu. Jakarta juga telah menciptakan beberapa slogan yang amat ampuh di dalam menyosialisasikan perdamaian yaitu Damai Itu Indah, Geutanyoe Mandum Meusyedara, Aceh Aman Ibadah Nyaman. Tujuan itu ujung dari segala aktifitas persaudaraan baru ini adalah Aceh tetap di bawah NKRI dan itu harga mati. Titik akhir ini menciptakan rasa percaya diri bagi eksponen GAM untuk pulang kampung. Mereka disambut seperti pahlawan. Berbagai cerita mengenai misteri perdamaian pun bermunculan, mulai dari lobi hingga perang urat syaraf ketika perundingan RI-GAM yang difasilitasi oleh CMI (Crisis Management Intitiative) di bawah pimpinan Martti Ahtisaari.
[caption id="attachment_375080" align="alignnone" width="700" caption="ULTAH Ke-38 GAM tahun 2014 (Sumber : Jawapos.com/Tempo.co)"]

Kini tidak kurang dari 7000 senjata masih dikuasai kombatan GAM yang tersebar di berbagai penjuru propinsi Aceh. Mereka loyal pada Wali Nangroe dan Wakil Gubernur. Sehingga Pemerintah tidak perlu mencari puluh ribu kombatan GAM, tetapi minta saja pertanggungjawaban pembunuhan dua intel TNI AD itu kepada dua orang yang paling bertanggung jawab seperti disebutkan diatas. Tanyakan siapa awak dore teuh yang membunuh, kenapa bisa terjadi ada pembunuhan, dan apakah bisa diselesaikan secara adat.
Diantara para petinggi GAM (Partai Aceh) ada istilah awak droe teuh, yang secara harfiah bermakna “orang kita” atau “orang dari kelompok/golongan kita”, merupakan ungkapan yang sering dilontarkan oleh para politisi dan kombatan GAM di Aceh . Awak droe teuh terkadang juga dimaknai sebagai kader partai orang loyalis GAM, yang dipersiapkan untuk memimpin Aceh di berbagai posisi.
[caption id="attachment_375089" align="aligncenter" width="456" caption="atjeh.com, bendera GAM kini semarak lebih banyak di era Jokowi"]

Perdamain Semu
Kini semua tenaga dikerahkan Kodan Iskandar Muda untuk mencari pembunuh 2 anggotanya. Kekuatan TNI AD di Aceh yang cenderung stagnan boleh dibilang kalah dengan kekuatan kombatan GAM, bagikan deret hitung dan deret ukur. Tanpa disadari itu merupakan perang baru yang sedang diletupkan. Di kemudian hari antar kombatan GAM dan TNI akan saling bunuh membunuh, sehingga mengubur MOU perdamaian di bumi Aceh.
[caption id="attachment_375010" align="aligncenter" width="504" caption="sumber : acehtraffic.com, (gam baru, senjata baru !)"]

MOU Helsinski & Traktat London
Aceh memang sulit, bahkan tidak mungkin ditaklukkan. Menurut sejarawan Aceh Adli Abdullah (Unsyiah) mengatakan bahwa bila kita mencermati sejarah, maka perang Aceh-Belanda diawali dari pelanggaran perjanjian Traktat London yang diteken pada Rabu, 17 Maret 1824. Di perjanjian yang terdiri dari 17 pasal tanpa melibatkan Kerajaan Aceh, kedaulatan kerajaan Inggris di Sumatera diserahkan untuk Belanda, dan Belanda menyerahkan koloninya di India dan Singapura kepada Inggris. Ambisi Belanda untuk menguasai seluruh Nusantara menyebabkan Belanda mendekati Inggris untuk menandatangani Traktat Sumatera, yang menjustifikasi Belanda untuk dapat menyerang serta menguasai Aceh.
Apaisi Traktat London yang diteken oleh Baron Hendrick Fagel dan Anton Falek (wakil Belanda) dan Koerge Canning dan Charles Watkin William (wakil Inggris) ?
Isinya, Pertama, Belanda dan Inggris berhak memasuki wilayah jajahan masing-masing. Yang kedua, Belanda menarik diri dari daerah jajahan di Malaka dan Singapura. Kemudian ketiga, Inggris menarik diri dari Sumatera dan menyerahkan Bengkulu ke Belanda. Keempat, Inggris dan Belanda menghormati kedaulatan Aceh.
Setahun setelah perjanjian itu disetujui para p[ihak, Inggris menyerahkan wilayah Aceh Sibolga dan Natal kepada Belanda. Belanda pun semakin kuat berambisi untuk menguasai Aceh yang kaya dengan bahan rempah-rempah seperti lada, cengkih dan lain-lain yang sangat dibutuhkan dalam bisnis internasional. Di sisi lain, posisi Aceh di pintu gerbang Selat Malaka sangat menggusarkan Belanda. Kuncinya: Aceh harus direbut !!. Nyatanya hingga kemerdekaan RI 1945 Belanda tetap gagal menaklukkan Aceh, hingga Aceh mendapat sebutan Daerah Istimewa dari RI di tahun 1957.
Sebagaimana Ikrar Lamteh pada 1957, dimana Aceh berhak menyandang gelar keistimewaan, tetapi kemudian basi karena pada 1970-an status keistimewaan Aceh dianggap sama dengan daerah lain. Kita tidak ingin MoU Helsinki yang dimateraikan di Helsinki pada 15 Agustus 2005 kemudian melahirkan UU No.11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (UUPA) menjadi layu sebelum berkembang.
Rakyat Aceh nyatanya tetap bersatu dalam setiap kepentingan. Kesatuan dan persatuan rakyat Aceh adalah energi dalam pembangunan Aceh pasca MoU Helsinki. Kemerdekaan sepertinya merupakan Keniscayaan, tapi entah kapan ?
Bagaimana menurut anda ?
Kuta Radja Banda Atjeh, 26 Maret 2015
[caption id="attachment_375011" align="aligncenter" width="304" caption="kombatan GAM, sumber spdi.eu"]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI