Mohon tunggu...
Andradika Fasya
Andradika Fasya Mohon Tunggu... Hoteliers - Hotlier yang suka nulis, hidup di Bali dan Brussels.... IG :@andfasya FB: Andadrika Fasya Syamun

hotelier yang suka nulis, hidup di Bali dan Brussels.... IG :@andfasya FB: Andadrika Fasya Syamun

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mencari Kedamaian di Keheningan Malam

12 Juni 2024   10:46 Diperbarui: 12 Juni 2024   11:18 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adisti duduk sendiri di kamar kamarnya, dikelilingi oleh keheningan malam yang hanya terdengar oleh suara gemerisik daun yang tertiup angin di luar jendela. Dalam kegelapan yang merayap, dia duduk di pinggiran tempat tidurnya, memegang dengan lembut sebuah foto yang terpigura di tangannya. Foto itu adalah gambar dirinya bersama Mathias, diambil di pantai Parangtritis saat matahari terbenam.

Dalam foto itu, mereka berdua tersenyum bahagia, cahaya senja yang memancar memberikan sentuhan keajaiban pada momen itu. Tetapi di balik senyum mereka, ada kehampaan yang dalam, sesuatu yang hanya bisa dirasakan oleh Adisti sendiri. Wajahnya memancarkan kegelisahan yang mendalam, matanya berkaca-kaca saat dia memandangi foto tersebut.


Adisti merenung, membiarkan dirinya tenggelam dalam kenangan indah yang perlahan-lahan mulai terkikis oleh waktu. Dia merasakan sentuhan hangat Mathias di sampingnya, mendengarkan tawa mereka yang berdua, dan merasakan gelombang kebahgiaan yang kuat yang mereka rasakan bersama. Tetapi sekarang, semuanya seperti kabur, hilang di antara jalinan kebingungan dan rasa kecewa.

Dalam kegelapan, Adisti merenungkan impian dan harapannya yang telah sirna. Dia bertanya-tanya apa yang akan telah terjadi setelah perpisahan yang menyakitkan di antara mereka, apa yang telah membuat cinta mereka rapuh dan memudar. Pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan tanpa jawaban, dan hatinya terasa hampa karena kehilangan yang dia rasakan.


Dengan perlahan, dia meletakkan foto tersebut di atas meja, membiarkannya tersinari oleh cahaya remang-remang yang masuk dari luar jendela. Dia memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan pikirannya yang kacau. Tetapi bahkan dalam keheningan malam, suara dalam dirinya masih terdengar, menggema dengan keputusasaan, kekosongan dna kekecewaan yang mendalam.


Adisti menggenggam erat-erat bantalnya, mencoba menahan gelombang kesedihan yang melanda. Dia merasa terombang-ambing di lautan perasaan yang tak menentu, mencari jawaban yang tak kunjung datang. Dan di tengah-tengah kegelapan, dia merasakan kebutuhan akan kedamaian, sesuatu yang dia tahu hanya bisa dia temukan di dalam dirinya sendiri.


Dengan menarik napas yang dalam, lalu menghembuskan perlahan, Adisti mencoba mengumpulkan kekuatan dalam dirinya. Dia tahu bahwa meskipun cinta mereka mungkin telah terhenti, dia masih memiliki dirinya sendiri untuk ditemukan kembali. Dalam keheningan malam yang sunyi, dia bersumpah untuk menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang sejati, bahkan jika itu berarti dia harus melanjutkan perjalanannya sendiri.

Malam itu, di kamar yang sunyi, Adisti menemukan kekuatan dan tekad baru. Dia memutuskan untuk membiarkan cinta dan kekecewaannya melepaskan diri, dan untuk mengambil langkah-langkah menuju masa depan yang lebih baik. Dengan doa di bibirnya, dia merentangkan tangan untuk meraih kedamaian dan kebahagiaan yang sejati


Di tengah kegelapan malam, air mata berlinang di pipi Adisti, membasahi wajahnya dengan rasa kehilangan yang mendalam. Setiap kata, dan setiap kenangan bersama Mathias seperti melintas kembali dalam benaknya. Namun, di tengah-tengah kesedihan yang menghimpit, Adisti merasa ada beban yang perlahan-lahan mulai terangkat dari pundaknya.


Dia menutup mata, merenungkan semua yang telah terjadi. Meskipun cinta mereka kini terasa seperti hilang di tengah badai, namun di lubuk hatinya, Adisti merasa ada kekuatan yang mulai tumbuh. Dia merenungkan impian dan tujuan hidupnya lagi, dia menyadari bahwa hidup ini penuh dengan liku-liku yang tak terduga, dan kadang-kadang, kita harus melewati kegelapan untuk menemukan cahaya.


Dengan perlahan, Adisti menghirup napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri di tengah badai emosinya. Dia tahu bahwa proses penyembuhan dirinya ( healing) akan membutuhkan waktu, tetapi dia juga menyadari bahwa dia memiliki kekuatan dalam dirinya untuk bangkit kembali. Dia mengusap air mata yang mengalir di pipinya. Dia mengangkat wajahnya, matanya yang penuh dengan tekad baru. Meskipun cinta mereka mungkin telah berakhir, namun hidup terus berjalan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun