Mohon tunggu...
andra nuryadi
andra nuryadi Mohon Tunggu... Konsultan - bekerja 20 tahun lebih di media, memiliki laboratorium kreativitas konten

Creative Addiction; Media Practitioner; Journalist

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fenomena Ayah, Ini Arahnya ke Mana, Ya?

16 Desember 2024   16:46 Diperbarui: 16 Desember 2024   16:46 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada apa dengan Ayah, Ini Arahnya ke Mana, Ya?

Dalam tempo 6 minggu ludes 150 ribu kopi. Di toko buku Gramedia Sudirman Yogya, stok 100 eksemplar laku terjual dalam sehari. Di Tiktok, videonya bertebaran dalam aneka rupa tampilan. Potongan halaman, cuplikan tulisan, berkelebatan di media sosial dan messenger.  

Buku bertajuk Ayah, Ini Arahnya ke Mana, Ya? Bikin geger dunia perbukuan Tanah Air yang telah lama kehilangan kejutan.  

Mungkin benar, bahwa media sosial semacam Tiktok menjadi booster atas sebaran informasi. Tetapi jangan lupa, kalau mengamati konten-konten yang dibuat di akun Catatan Khairul Trian --sang penulis- belakangan juga kian berkembang tidak melulu semacam show case halaman. Melainkan melibatkan pula audiens lewat beragam impresi terhadap tulisan-tulisan Khairul di buku tersebut.

Apa impresi yang hadir di keragaman para pembaca buku Ayah, Ini Arahnya ke Mana, Ya? Yang dihadirkan oleh kreativitas konten tersebut?

Tidak lain sebuah benang merah atas perasaan-perasaan yang sama pada sosok ayah. Entah masih hidup atau telah berpulang. Benang merah itu muncul atas reaksi usai membaca kalimat demi kalimat tuturan Khairul yang berbeda dengan kebanyakan penulis.

Harus diakui daya intuitif pilihan kata dan diksi yang dipakai oleh Khairul memiliki kemampuan menguras mata pembaca. Sebuah hal tak lazim yang justru lebih sering ditemui di kalangan penonton film drakor. Atau kalaupun dalam format teks hanya terjadi ketika si bucin usai membaca surat putus cinta.

Khairul tidak menggunakan penuturan story telling, sebuah jurus yang kerap disebut sebagai tren masa kini dalam penuturan. Ia juga tak memakai gaya bahasa maupun metafora yang berbunga-bunga. Alias tidak puitis, tidak berbahasa sastra layaknya buku-buku kesusasteraan.

Barisan kata dalam kalimat-kalimat pendek Ayah, Ini Arahnya ke Mana, Ya? jelas lebih disebut sebagai bahasa ucap (verbal). Kemudian dikemas menjadi monolog dalam sebuah bangunan yang menarasikan hubungan antara ayah dan anak. Kendati keduanya terceraikankan oleh batas yang memisahkan dua alam.

Khairul membangun relasi narasi tersebut dalam berbagai situasi. Lalu di situlah setiap diksi dikonstruksikan hingga begitu mendalam. Plus pilihan kata yang gampang dicerna itu menjadi punch line dengan efek haru total. Jadi cukup dengan membaca satu halaman yang di-layout menyerupai bait puisi itu sudah cukup memicu derai air mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun