Pendewasaan masyarakat pada demokrasi hari ini sepatutnya telah sampai pada pandangan tentang gagasan. Orang-orang diajak berbuat lebih mengenali sesuatu yang dihasilkan dari pemikiran dan perasaannya, yang muncul dari proses pemahaman yang sempurna. Di dalamnya ada harapan dan impian. Dengan kata lain, masyarakat Indonesia diajak menjadi lebih pandai memahami sebuah konsepsi.
Konsepsi tidak harus dimaknai sebagai gagasan yang tinggi dan tidak membumi. Atau yang hanya menjelajahi ruang besar dan tak terjangkau. Bahkan gagasan itu justru implementatif ketika menaungi, menyentuh dan dirasakan segala lapisan masyarakat.
Ya, pengamat mengatakan kita seharusnya telah mengusung politik gagasan sebagai "ruang perang" demokrasi Indonesia menjelang Pemilu 2024.
Gagasan harus diadu, karena setiap gagasan memiliki parameter. Dan, parameter-parameter itulah yang akan mengantar siapa orang-orang yang datang dengan gagasan sebenar-benarnya.
Gagasan yang diadu belum tentu mengalahkan satu sama lain. Namun sudah pasti memiliki kecocokan dan kepantasan di benak dan hati setiap orang. Jadi biarkan orang-orang mendapatkan pencerahan dari gagasan-gagasan guna menemukan indikator yang mengantar pada pilihannya.
Popularitas tak akan mencapai titik ini. Kecuali popularitas itu kemudian dilanjutkan dengan ragam gagasan. Anda boleh pasang baliho segede gajah, tapi tuangkan gagasan cemerlang Anda di ruang lain yang mengakomdir setiap kata dari buah pikiran dan perasaan Anda.
Tanpa itu, Anda memang hanya ingin mencari popularitas. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H