Ujian tulis berbasis komputer yang merupakan proses seleksi mahasiswa perguruan tinggi negeri belum pula dimulai, para pendaftar sudah kelimpungan sendiri oleh proses registrasi yang tak singkat dan cepat. Situs Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) begitu sulit responsif. Tak ayal membuat banyak siswa kelas 12 SMU kelabakan. Termasuk para orang tua yang ikut deg-degan karena prosesnya yang amat menyita waktu.
Pendaftaran yang dibuka sejak 1 Maret nyatanya tak bisa diakses begitu gampang. Bahkan dengan berbagai alasan, termasuk kesiapan server membuat langkah pendaftaran yang harusnya mudah menjadi amat menyita waktu.
Menyita waktu karena untuk dapat mendaftar saja, seorang siswa bisa bolak-balik nge-klik. Faktanya, seorang siswa kelas 12 SMU itu bisa menghabiskan waktu 24 jam untuk melakukan kira-kira sebanyak 3-4 langkah agar resmi boleh mengikuti UTBK.
Itu baru proses mendaftar. Kemudian diikuti dengan proses pembayaran melalui bank yang ditetapkan dengan tenggat yang ditentukan. Di sisi ini pun juga menimbulkan problem lain. Misalnya belum tentu seluruh peserta dan orang tua peserta menjadi nasabah bank rekanan. Artinya mereka harus cari akal lagi untuk bisa mempercepat proses pembayaran yang nilainya "hanya" Rp 200.000,-
Sungguh tak terbayang jika hal ini terjadi di kota-kota kecil atau di desa di mana akses bank secara online sulit dilakukan. Bahkan barangkali pun tak tersedia akses internet yang memadai.
Persoalan susah akses tak hanya terjadi pada penggunaan dengan menggunakan desktop atau laptop memakai beragam browser. Menggunakan mobile atau smartphone pun sama sulitnya.
![tangkapan layar SMBPTN 2019](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/03/02/utbk-web-5c7a7011677ffb7c890c906f.jpg?t=o&v=770)
Subkanal Riwayat UTBK yang tersedia sebagai fitur untuk meneruskan proses berikutnya juga sulit sekali dibuka. Sementara seorang pelamar tes dibatasi oleh waktu tenggat.
Ke mana lantas mengadu?
Melalui platform media sosial yang disiapkan ternyata tak jua memberikan solusi. Kemudian menggunakan hotline 0804-01-450450 pun sibuk dengan nada sibuk.
Lalu, situs yang dibuka untuk pengaduan dengan alamat http://halo.ltmpt.ac.id merupakan target terakhir untuk menanyakan dan mungkin meminta bantuan. Situs ini sendiri yang didedikasikan untuk menyampaikan keluh kesah ternyata nyaris taka da informasi yang dipajang. Kanal FAQ yang semestinya dapat dioptmialkan sebagai representasi dari banyaknya pertanyaan pun kosong.
![tangkapan layar SMBPTN 2019](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/03/02/utbk-halo-5c7a7020c112fe0f754c4a7b.jpg?t=o&v=770)
Di sisi lain, ketika banyak perusahaan dan bisnis memanfaatkan moda chatting board apps sebagai salah satu media untuk komunikasi cepat dan responsif pun belum tersedia. Sebut saja WhatsApp yang faktanya banyak membantu untuk komunikasi yang lebih ringkas dan tangkas di banyak bisnis.
Jadi singkat kata pendaftaran UTBK untuk SBMPTN 2019 dalam dua hari perjalanan sejak dibuka memang belum memenuhi ekspektasi banyak orang. Harapan akan proses pendaftaran yang mudah, cepat dan tidak bertele-tele seperti halnya membeli tiket penerbangan atau kereta api --dalam bayangan kita semua- masih jauh api dari panggang.
Mumpung masih ada cukup panjang waktu, sistem informasi pun teknologi informasi yang berada di balik proses modernisasi dan komputerisasi pendidikan Indonesia ini sebaiknya selekas mungkin dibereskan. Jangan lupa, setiap terjadi persoalan entah teknis maupun non teknis, manfaatkan segenap kanal untuk menyampaikan kepada khalayak.
Kita sedang belajar menuju era Industri 4.0, dan ini merupakan pembelajaran yang paling faktual. (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI