Mohon tunggu...
Andra Nuryadi
Andra Nuryadi Mohon Tunggu... -

CREATIVE ADDICTION

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menerobos Jantung Camp Nou, Barcelona

21 Maret 2016   13:21 Diperbarui: 21 Maret 2016   14:19 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="andra nuryadi"][/caption]

Dibanding musuh bebuyutannya, koleksi piala Champions El Barca baru setengah jumlah perolehan Real Madrid. Musim 2015/16, bisa jadi trofi lambang kejayaan klab Eropa saban tahun itu direbut salah satu dari dua raksasa Spanyol ini. Bisa Barcelona, boleh juga Madrid. Atau sama sekali bukan keduanya.

Awal April, El Barca bakal sibuk berat plus konsentrasi tinggi. Pertama, pada 3 April harus meladeni Real Madrid dalam partai paling bergengsi La Liga BBVA. El Clasico. Kali ini sebagai tuan rumah. Suarez dkk menang 4-0 di kandang Madrid pada laga tandang, 22 November tahun lalu. Kalau mau pulang bawa nama, Madrid bisa mengaduk-aduk Camp Nou pada Minggu itu.

Musim kompetisi sebelumnya, Madrid gagal. Dijebol dua gol dan hanya bisa ceploskan bola sekali. Mungkin tak masalah, sebab Madrid sebelumnya menghajar Barca di kandangnya, 3-1. April ini, sungguh malu jika kembali diacak-acak Messi cs.

Selang, dua hari kemudian (5 April), Camp Nou kedatangan klab senegara, Atletico Madrid untuk adu perdana babak perempat final Liga Champions. Cuma keduanya (Barca-Atletico) yang bersua satu negara. Madrid ditantang kuda hitam Jerman, Wolsburg.

[caption caption="andra nuryadi"]

[/caption] 

Tapi sayang, saya datang tidak pada satu di antara dua hari penting El Barca itu. Ah, biarlah. Setidaknya, saya bisa membayangkan bagaimana jika Neymar atau Pique bertemu Ronaldo atau Ramos di lorong. Untuk itu, saya musti membayar 20,7 euro demi membuktikan kebenaran kejayaan dan merasakan aura stadion yang dibangun selama tiga tahun itu (1954-1957).

Dan, Messi adalah bintang, kendati belum jadi penjebol terbanyak Liga Champions musim ini. Ia magnet daya tarik. Tampangnya menghias latar depan Camp Nou di segenap sudut. Begitu melewati entrada (pintu masuk), ia adalah pemain pertama yang fotonya nampang di pasarela de entrada. Menyusul kemudian Neymar. Lorong selebar empat meteran itu menggiring turis masuk ke museu.

[caption caption="andra nuryadi"]

[/caption]

 Sejumlah foto cepretan awal abad 20 yang hitam putih menjadi bukti awl sejarah klab Katalunya ini. Misalnya pada 19 Maret 1909 saat pertama kali Barca bermain di Camp del carrer Industria (Stadion jalan Industria). Kala itu sudah lumayan banjir penonton. Tercatat 6.000 pasang mata memadati stadion kuno, beberapa orang bahkan duduk di dinding stadion. Peristiwa historis ini juga memunculkan istilah “Cules”, julukan bagi fans Barca.

Lintas sejarah berlanjut  dengan potongan era kedua atau tepatnya pada 1922 – 1957.  Sepakbola sebagai industri olahraga mulai terlihat. Ditandai dengan pembangunan stadion berkapasitas 30 ribu kursi. Adalah Santiago Mestres dan Josep Alemany yang ditunjuk memimpin proyek senilai 991.984 pesetas itu. Stadionnya bernama Camp de les Corts.  Di era ini Barca memulai masa keemasan. Adalah Samiter, Alcantara, Zamora, Sagi, Piera, hingga Sancho. Mereka ini kira-kira seperti “Messi” di periode 1919 hingga 1929.

Baru pada 1957, jejak Camp Nou dimulai. Ongkos sebesar 280 juta pesetas dibelanjakan membangun markas berkapasitas 93.053 penonton. Dua arsitek, Garcia Barbon dan Soteras direkrut demi pembangunan selama tiga tahun. Tepat 24 September 1957 Camp Nou dibuka. Semula akan diberi nama Gamper Stadium, namun pemerintah melarang julukan itu.

Gamper adalah nama presiden FCB pertama sekaligus pendiri. Joan Gamper alias Hansa Camper sejatinya warga Swiss yang hijrah ke Spanyol. Ia sosok pebisnis yang mempelopori FCB jadi klab profesional dan menghasilkan pendapatan. Kenyang pengalaman ketika mendirikan FC Basel dan FC Zurich, tetapi sukses di FC Barcelona. Pria kelahiran 1877 ini punya feeling merekrut pemain jagoan.

Sayang, seperti halnya bola, kehidupannya berputar dari sukses jadi drastis. Persoalan keuangan melanda, hingga ia ditemukan tewas tertembak pada usia masih matang, 52 tahun. Gamper disemayamkan beberapa kilometer sebelah tenggara  Camp Nou, tepatnya di pemakaman Montjuic. Ia meninggal justru sebelum Camp Nou digagas. Tapi fotonya terabadikan besar di sarang El Barca.

Posisi Camp Nou sebenarnya tidak tepat di jantung kota Barcelona. Agak ke wilayah barat, diapit oleh jalan Travessera de les Corts, Carrer de la Maternitat, Av. de Joan XXII dan Aristides Maillol. Luasnya mencapai 55 ribu meter persegi. Total panjang dan lebarnya mencapai 250 meter dan 220 meter, dengan tinggi 48 meter.

Bagian inti, setelah melalui lorong masuk, Anda akan masuk ke lantai 1 (planta 1). Ini level yang menurut saya, paling keren untuk mendapatkan view panorama. Di atasnya ada dua lantai; masing-masing area multimedia dan setingkat lagi bernama Cabines de premsa alias ruangan panjang tempat para jurnalis semua media berkumpul.

[caption caption="andra nuryadi"]

[/caption]

Di lantai paling ujung ini aura reportase pertandingan live amat terasa. Duduk di situ seolah menjadi bagian dari warga pers yang eksklusif. Tribun teratas dan tanpa kaca. Beberapa speaker ditanam untuk menyemburkan teriakan komentator yang sangat seru. Tentu dengan bahasa Spanyol, yang biasanya tensi teriakan meningkat ketika bola masuk gawang, “Goooll…gooll….gooolllllll…..!!!” Mungkin ketika Valentino Simanjuntak ada di ruang ini, akan terdengar pula teriakan, “Jebreett…jebreett…jebreettt…!!!!”

Di bawah lantai 1 ada dua lantai. Lantai pertama atau lantai 0 merupakan kawasan VVIP. Hanya dibolehkan bagi tamu khusus dan istimewa, makanya disebut Avantllotja Presidencial (Presidential Anteroom) dan sebuah hall bertajuk Hall de Tribuna.

Nah, lantai paling bawah alias lantai -1 merupakan kawasan paling “panas”. Mari kita mulai dari ruang ganti atau Zona de Vestidors. Masing-masing tentu untuk pasukan El Barca dan tim tamu. Saban ruang berisi bangku panjang warna putih yang diletakkan mengeliling. Di tembok menancap lemari ganti berjumlah 28 buah.

[caption caption="andra nuryadi"]

[/caption]

Ruang itu menyatu dengan lima buah shower yang tak diberi sekat satu sama lain. Masih di ruang mandi terbuka, di lantai bercokol sebuah jacuzzi warna biru. Jelas sekali terbuat dari bahan marmer yang mahal. Lalu, ruang itu dilengkapi tiga kasur pijat. Oh ya, ada pula lemari es empat pintu komplet dengan dispenser dan freezer yang bisa mengeluarkan es langsung. Sayang, ruang ganti yang digunakan Andres Iniesta cs. yang didominasi kelir merah tentulah tak boleh dikunjungi umum.

Dari situ, adrenalin mulai naik ketika menelusuri Tunel de jugadors alias kanal untuk pemain sebelum memasuki lapangan. Kanal selebar tiga meteran dengan anak tangga menurun itu dipisahkan oleh sebuah railing stainless. Kedua dinding lorong dihias oleh logo dan foto serba-Barca. Hmm…dada berdegup kencang, oleh audio berupa teriakan dan yel-yel puluhan ribu penonton. Wow, saya jadi paham bagaimana rasanya seorang lawan tanding harus berupaya menenangkan diri sebelum keluar ke lapangan hijau.

Apalagi ketika El Cant del Barca dinyanyikan dalam komposisi koor massal seputar stadion. Ya, itu adalah judul dari himne Barcelona FC. Di satu sisi merupakan penyuntik semangat sang tuan rumah, di sisi lain bisa berarti lagu kematian bagi sang lawan. Saya coba menonton salah satu video YouTube ketika Ronaldo dkk melewati kanal mendebarkan itu. Mungkin sudah biasa, makanya ia tegakkan kepala, seolah lagu itu tiada artinya.

Camp Nou sekaligus mengajak hati untuk menjaga religi. Tentu bagi pemain, baik pasukan maupun lawan. Kalau hati mulai grogi, ada baiknya mampir sejenak ke sebuah kapel. Lokasinya tepat di tengah lorong pemain. Ada delapan kusri kayu panjang di ruangan berlantai marmer itu. Sejumput doa barangkali cukup membantu melepas emosi untuk kemudian tenang jelang berlaga.

[caption caption="andra nuryadi"]

[/caption]

Lapangan hijau dengan rumput berkualitas tinggi terhampar.   Luasnya mencapai 170 x 72 meter persegi. Berdiri di situ seakan berada di sebuah bowl raksasa. Rumput dipelihara tidak apa adanya. Jika mulai terlalu banyak air, pengelola menyiapkan puluhan lampu ultraviolet yang dipasangkan ke besi-besi berbanjar dan beroda. Lampu-lampu itu bertugas mengeringkan rumput dengan intensitas tertentu dalam waktu terukur. Ketebalan rumput sangat terjaga hingga tidak ada satu titik di lapangan yang hanya terisi  rumput kering atau bahkan tinggal tanah.

Bahkan potongan rumput  boleh dibawa pulang pengunjung. Asalkan membayar. Sebuah booth kecil lah yang menawarkan rumput Camp Nou yang telah ditanam di pot kecil atau dipasang dengan pigura. Manajemen stadion bahkan sampai menyewa notaris Barcelon aterkenal, Arieal Sultan Benguigui untuk mengeluarkan surat keabsahan Gespa Original Del Camp Nou (rumput asli Camp Nou) ini.

“Ini rumput juara, Anda harus punya,” rayu sang penjual.  Ah, rumput pun bisa jadi miniatur merchandise dan menambah lagi kocek bisnis klab satu ini.

[caption caption="andra nuryadi"]

[/caption]

Seperti halnya stadion sohor klab-klab besar Eropa lainnya, tempat duduk pemain adalah bagian penting dari seluruh aktivitas laga. Sebab, di situ Luis Enrique, sang pelatih memutar otak strategi dan membikin taktik. Tentu tidak lupa, para pemain utama ikut nongkrong kala belum turun tanding. Kursi kulit warna hitam desain pilot seat membanjar dua baris. Bercokol di kiri dan kanan exit kanal pemain. Setiap kursi dilengkapi dengan tempat menaruh botol minum.

Tak semua pemain dan tim bisa duduk di kursi yang hanya berjumlah 12 buah itu. Apalagi turis yang berniat selfie di kursi empuk ini. Menyentuh pun susah, lantaran dibatasi oleh separator dan ogah diingatkan oleh perempuan cantik si penjaga kursi.

[caption caption="andra nuryadi"]

[/caption]

Usai pertandingan, pemain dan pelatih biasanya digiring ke ruang pers atau Sala de premsa (press room). Sebuah ruang penting untuk menggali informasi bagi jurnalis ke pelaku pertandingan. Saking pentingnya ruangan ini, semua fasilitas bagi media televisi maupun online dan print tersedia. Ruang itu dilengkapi proyektor, stop kontak, CCTV, Wi-Fi, serta kursi dalam tiga barisan. 

Mirip ruang seminar atau kuliah perguruan tinggi papan atas di sini. Kapasitas tampungnya bisa mencapai 100 wartawan. Dua bendera wajib berdiri di depan, masing-masing bendera Spanyol dan Katalunya.

Camp Nou adalah ikon Barcelona selain Sagrada Familia. Inilah jantung sepakbola Spanyol di kawasan timur. Tahun 2015, ketika pertandingan El Clasico digelar, jumlah penontonnya mencetak rekor, mencapai 98.760 kepala. Tampaknya, jumlah itu masih dianggap kurang. Buktinya, tahun depan pembangunan Camp Nou new akan siap dimulai.  Kontraktor  Jepang, Nikken Sekkei sukses meraih proyek mengalahkan delapan pesaingnya. Renovasi berbiaya sekitar Rp 6,2 triliun ini ditargetkan selesai 2021 dan siap melahap 105 ribu penonton.

[caption caption="andra nuryadi"]

[/caption]

Saya coba hitung cepat, katakan rata-rata harga pertiket masuk pertandingan sebesar Rp 2,5 juta. Maka dengan jumlah penonton 100.000 orang  FCB akan meraup Rp 250 miliar. Sekali saja, satu pertandingan. Silakan hitung butuh berapa pertandingan supaya tutup modal. Adios…(*)

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun