Pembelajaran intrakurikuler yang diterapkan oleh penulis diintegrasikan dengan pendekatan diferensiasi, memungkinkan peserta didik untuk mendalami konsep dan memperkuat keterampilan mereka. Pendekatan ini juga memberikan fleksibilitas kepada guru untuk memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik individu peserta didik.Â
Prinsip pembelajaran berdiferensiasi dalam kurikulum merdeka tidak hanya bertujuan untuk memperoleh pemahaman dari berbagai pengalaman belajar, tetapi juga bertujuan untuk mengembangkan Profil Pelajar Pancasila (Martanti, Widodo, Rusdarti, & Priyanto, 2022). Di SMP Negeri 8 Malang, implementasi pembelajaran berdiferensiasi dimulai dengan asesmen diagnostik kognitif dan non-kognitif oleh guru. Tujuan asesmen ini adalah untuk mengevaluasi kesiapan belajar, pemahaman, dan kebutuhan belajar peserta didik sebelum pembelajaran dimulai. Hasil asesmen membantu guru untuk memahami tingkat penguasaan materi peserta didik, kebutuhan mereka, dan strategi pembelajaran yang paling efektif.
Penulis telah menanamkan karakter pelajar Pancasila melalui pembelajaran diferensiasi dalam mata pelajaran PPKn dengan menggunakan metode TGT (Team Games Tournament). Guru menyajikan materi melalui video tentang keberagaman di Indonesia, kemudian peserta didik dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuan mereka yang telah dievaluasi sebelumnya. Setiap kelompok terdiri dari siswa mahir, berkembang, dan mulai berkembang. Permainan TGT dirancang dengan aturan yang mudah dipahami, di mana saat pion berada di kotak tanda tanya, kelompok akan diberikan pertanyaan tentang materi keberagaman di Indonesia, sedangkan jika berada di kotak tanda seru, mereka akan mendapatkan tantangan, seperti menyanyikan lagu-lagu daerah atau nasional.
Pembelajaran dengan metode ini dapat membentuk karakter pelajar Pancasila yang kreatif, berpikir kritis, dan memiliki keterampilan gotong royong. Diskusi dalam kelompok melatih peserta didik untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan teman-temannya, serta mengembangkan kemampuan bernalar kritis. Penggunaan media ular tangga dalam diskusi kelompok juga mengasah kreativitas dan kemampuan berpikir kritis. Ular tangga menantang peserta didik untuk menemukan solusi kreatif terhadap masalah, mengembangkan kemampuan berpikir divergen, serta merencanakan strategi dan memecahkan masalah dengan cara yang inovatif.
Dengan demikian, implementasi Profil Pelajar Pancasila dalam pembelajaran berdiferensiasi dapat membantu peserta didik memperoleh keterampilan akademik dan non-akademik yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, serta membentuk karakter yang sesuai dengan visi kurikulum merdeka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H