Mohon tunggu...
Perlando Lubis
Perlando Lubis Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Fenomena Alone Together, Oxymoron dan Refleksi Kekinian

1 Oktober 2018   06:00 Diperbarui: 1 Oktober 2018   10:46 1732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: cantik.tempo.co

Saya tengah mempersiapkan materi ajar ketika menemukan frasa Alone Together. Frasa tersebut merupakan judul dari sebuah artikel dalam kegiatan membaca (reading) yang terdapat pada buku teks siswa. Artikel berupa ekstraksi tersebut diambil dari buku yang ditulis oleh Professor Sherry Turkle.

Pada hari H mengajar, sebelum sampai pada sesi di mana siswa membaca artikel tersebut, seperti biasa saya melakukan preteaching dengan cara brainstorming yang bertujuan mendekatkan para siswa dengan apa dibahas melalui bacaan berjudul Alone Together tersebut. Kemudian saya menampilkan empat gambar melalui powerpoint slides di layar depan kelas. 

Keempat gambar tersebut saya program muncul otomatis secara bergantian setelah sepuluh detik. Pada setiap gambar tertera pertanyaan "What do the pictures have in common?"

Gambar pertama memperlihatkan 4 orang sedang berdiri bersandar pada sebuah dinding, gambar kedua memperlihatkan 4 orang sedang duduk mengelilingi meja di sebuah kafe, gambar ketiga memperlihatkan sepasang suami istri dan anaknya duduk di meja dapur rumahnya, dan gambar keempat merupakan gambar animasi dari sebuah keluarga yang terdiri dari empat orang yang sedang duduk di atas sebuah couch dan seekor anjing yang duduk di lantai.

mashable.com
mashable.com
hubpages.com
hubpages.com
edgylabs.com
edgylabs.com
www.thenortheastwindow.com
www.thenortheastwindow.com
Meskipun hanya sepuluh detik per gambar, namun para siswa bisa menjawab pertanyaan "What do the pictures have in common?" relatif dengan mudah karena memang begitu jelas. Kesamaan dari keempat gambar tersebut adalah semua sosok dalam gambar tersebut (termasuk anjing di gambar keempat) memegang handphone, kecuali seorang wanita di gambar kedua.

Proses belajar-mengajar hari itu berlanjut dengan kegiatan membaca. Keempat gambar pada tahapan preteaching dielaborasi dengan isi dari bacaan tersebut dalam tahapan while-teaching. 

Yang menarik adalah reaksi siswa-siswa saya. Mereka tampak tersenyum-senyum. Bahkan ada yang bersebelahan berbisik-bisik. Saya pun berasumsi bahwa isi bacaan tersebut merupakan refleksi dari kehidupan kekinian. Bagaimana tidak. Bacaan tersebut memaparkan beberapa contoh, atau lebih tepatnya fakta, tentang bagaimana gawai, utamanya telepon genggam menjauhkan orang-orang yang secara fisik berdekatan.

Seorang wanita yang terbaring sakit di rumah sakit dan suaminya yang berada di sebelahnya malah sibuk dengan laptop, anak-anak mengeluh karena orang tua mereka menggunakan HP pada saat sarapan atau makan malam, percakapan di antara teman terhenti karena HP berbunyi atau beralih untuk menjawab pesan, orang tua mendorong ayunan pada satu tangannya, sedangkan tangan yang lain mengutak-atik HP-nya, dan contoh-contoh lainnya.

Usai melakukan kegiatan membaca, saya pun menerangkan bahwa frasa Alone Together bisa dikatagorikan sebagai salah satu dari figurative speech atau kiasan dalam pembelajaran bahasa yang bernama Oxymoron. 

Secara sederhana, Oxymoron didefinisikan frasa yang terdiri dari kata-kata yang cenderung bertentangan. Alone Together salah satu contohnya. Beberapa contoh lainnya adalah act naturally, growing smaller, Great Depression dan white lies. 

Dalam bahasa Indonesia beberapa contoh Oxymoron adalah "mayat hidup", "sudah menjadi rahasia umum" dan "sempurnalah penderitaannya". Bahkan ketika maraknya film-film bajakan, ada istilah yang muncul, yakni "bajakannya sudah ori(ginal)". Atau istilah KW super yang mengacu kepada barang-barang bermerek tapi bukan produk asli. KW kok super. Menggelikan, bukan?

Alone Together sebagai frasa Oxymoron sangat pas dipilih oleh Profesor Sherry menjadi judul dari bacaan. Alone Together juga bisa mewakili keempat gambar yang saya tampilkan dalam tahapan preteaching. Secara sederhana, Alone Together bisa diartikan dekat dengan yang jauh dan jauh dengan yang dekat.

Alone Together pun tak pelak menggambarkan apa yang terjadi dalam kehidupan masa kini baik dalam lingkungan pertemanan maupun keluarga. Betapa gawai begitu menguasai kehidupan sehari-hari sehingga gambaran tersebut menjadi pemandangan yang sering kita jumpai bahkan kita alami atau lakukan. Alone Together pun menjadi refleksi kekinian yang perlu direnungkan bersama mengingat sudah menjadi fenomena tersendiri pada zaman now.

Ada hal yang lebih menarik usai saya menerangkan makna Oxymoron. Saya bertanya kepada para siswa, "Is there any of you who, in your house, has the rule or agreement not to use gadgets?" Jawaban yang dilontarkan pun beragam. Ada yang menjawab aturan tidak menggunakan gawai berlaku hanya pada saat makan, pada saat di ruang keluarga, pada jam-jam tertentu di malam hari, dan pada saat jam belajar. Bahkan ada juga yang menjawab bebas-bebas saja menggunakan gawai karena ternyata tidak memiliki kebiasaan makan malam bersama. Setelah saya tanya lebih jauh, di keluarganya setiap anggota keluarga sibuk masing-masing, termasuk orang tuanya yang sering pulang malam atau keluar kota.

Menarik sekali fenomena Alone Together ini. Dekat dengan yang jauh, jauh dengan yang dekat. Mengapa? Karena fenomena tersebut sudah merambah luas dan menjadi pemandangan umum pada masa kini. 

Dalam konteks pertemanan, kita bisa melihat bahkan mengalami sendiri fenomena ini, entah itu ketika kongkow-kongkow di kaf atau tempat umum lainnya. Rumah pun tak luput menjadi lokasi dimana fenomena ini terjadi. Jawaban-jawaban dari para siswa di atas, menurut saya, sudah cukup mewakili gambaran dalam banyak rumah atau keluarga saat ini. Bahkan tidak jarang keluhan datang dari para orang tua siswa tentang putra-putri mereka dalam hal pemakaian gawai.

Lantas, apa yang semestinya dilakukan menghadapi fenomena Alone Together ini? Kita bisa melakukan Gerakan 3 (HP).

Hush not. Pick one topic to talk
Ketika sedang berkumpul bersama teman-teman atau keluarga, jangan berdiam diri apalagi sibuk dengan gawai masing-masing. Melainkan, munculkanlah satu topik untuk menjadi bahan pembicaraan. 

Satu topik akan berlanjut dengan topik berikutnya dan seterusnya. Dengan demikian kita akan disibukkan dengan berkomunikasi secara langsung dengan orang-orang yang ada di sekitar kita (secara fisik). Hal ini tentu saja akan mengurangi pemakaian gawai dalam jangka waktu yang lama.

Habitual Portrait of discipline and model
Sasaran dari tindakan ini utamanya adalah orang tua. Tidak bisa dipungkiri bahwa anak cenderung melihat dan meniru orang tua. Tidaklah elok bagi orang tua meminta anaknya, misalnya, untuk tidak merokok sedangkan yang bersangkutan merokok. Demikian pula dengan pemakaian gawai. 

Sulit rasanya meminta anak untuk tidak memakai gawai, apabila orang tua sering disibukkan dengan gawai sehingga mengabaikan kehadiran anggota keluarga lainnya di dekat mereka. Jadilah contoh dari kedisplinan dalam hal penggunaan gawai.  

Hour and venue Policy
Berlakukanlah kebijakan kapan dan di mana saja gawai boleh digunakan. Kebijakan ini lebih tepat diterapkan dalam lingkungan keluarga. Seluruh anggota keluarga meniatkan diri dan bersepakat untuk menetapkan jam-jam tertentu tidak memakai gawai misalnya mulai pukul 19.00 hingga 21.00 atau selama makan malam berlangsung. Bisa juga pada saat seluruh keluarga menghabiskan waktu bersama. Selain waktu, tempat pun bisa disepakati untuk tidak berhubungan dengan gawai. Misalnya, ketika berada di ruang keluarga.

Fenomena Alone Together ada di sekeliling kita dan bisa jadi kita pun menjadi pelaku di dalamnya. Kita akan semakin larut di dalamnya apabila kita tidak mengambil tindakan atau sikap dalam mengatasinya. 

Gerakan 3 (HP) bisa menjadi solusi alternatif dalam rangka mendekatkan yang dekat dan tidak terlarut dalam kenikmatan bergawai ria yang malah justru menjauhkan dengan yang dekat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun