Mohon tunggu...
Ando Ajo
Ando Ajo Mohon Tunggu... Administrasi - Freelance Writer

Asli berdarah Minang kelahiran Melayu Riau. Penulis Novel Fantasytopia (2014) dan, Fantasytopia: Pulau Larangan dan Si Iblis Putih (2016). Find me at: andoajo.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Bantu Aku Tuhan

12 Desember 2019   13:59 Diperbarui: 12 Desember 2019   14:15 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harapan meminang pinang sebatang, segala khayal jelma membayang, mengukuhkan yang tak terbilang, tiada peduli pada nyata yang kan datang.

Demi semu yang melenakan, tiada kuhirau rumpun bambu gemerisik daun kuabaikan. Liukan batang menyambut terpaan, tak sedikit jua indah dalam pandangan. Pergilah... menjauh tak sekalipun kubutuhkan.

Di sini simpul kutautkan, meski selaksa pantang datang penolakan. Tetap memuja sebatang keinginan, walau terbuang diri tercampakkan. Buruk ghibah tiada kisah kuratapkan.

Selamat jalan...

Selamat tinggal segala wejangan, nasihat handai taulan...

Pun jua buruk badan dalam pandangan Tuhan.

Tiada kunyana Tuhan semesta, kapal emas bahtera yang kukira kan bawa bahagia, hanyalah biduk sampan menghimpit raga. Tiris berlinang air mata, di tengah buncah amuk samudra. Tapi ego tetap saja membahana, memaksa hasrat berteguh pada cinta yang sama.

Tempaan waktu memahat diri, terang benderang busuknya jati. Habislah manis ditinggal pergi, jauh berlari dan tak mungkin kan kembali. Sepah menyesak yang tertinggal kini. Berbilang aib badan menghadap meski hanya sekadar menata hari.

Lamunan jadi teman sejati, beriring derai di sudut mata hati. Bayang rumpun bambu menari-nari, melambai indah menambah siksa luka diri. Kusut pikiran tak termakan kata bijak bestari.

Malu kembali ke pangkuan...

Haruskah kupilih menjauh dari kenyataan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun