[caption caption="Dongeng Kakek kepada Cucu, by; Klik Fotografi Kompas."][/caption]Kek… maukah kau menceritakan sedikit kisah? Untuk kami berdua… untuk teman-teman nanti di sekolah.
Ayo, Kek. Berkisahlah, ceritakanlah…
Â
Ahh, kalian mengganggu tidur siang Kakek saja. Kenapa wajah kalian memelas begitu? Sudahlah. Duduklah yang baik, akan Kakek ceritakan sebuah kisah. Drama mayapada di Nusantara.
Hmm, tunggu dulu. Sepertinya ada yang kurang. Ahh, mungkin Si Cepot ini bisa menjadi rekan.
Nah… duduklah, mendekatlah.
Â
Dengarlah Kakek berkisah… tentang satu negeri yang pernah susah, dari ujung timur hingga ke barat terpecah-belah. Terkungkung ambisi raja-raja tak sudah. Perebutan takhta hingga wanita terbilang sudah. Sempurna kehancuran kala datang asing menjajah.
Satu-dua kesatria bermunculan, dari desa hingga negeri pertengahan. Menyabung nyawa demi kebebasan. Sikap dan santun menjadi tauladan, hingga menggerakkan hati hati yang dinaungi keinginan. Keindahan bersatu atas nama perjuangan. Kebebasan. Tak sudi anak keturunan hidup dalam tekanan.
Sayang disayang, seribu kali sayang. Kesatria muncul pengkhianat pun datang. Satu langkah antipati seribu jegal menghangdang. Hasut dan dusta merdu berkumandang. Fitnah mengungkung begitu merajang.
Dengarlah Nak, dengarlah Sayang. Dengarkan semboyan kesatria dipandang. Mati satu tumbuh seribu, sebelum tuntas mimpi disandang, pantang berpulang ke pangkuan ibu.