[caption caption="ilustrasi: Larutnya air pastilah ke hilir. (lulurai.com/wp-content/uploads/2014/06/bv10.jpg)"][/caption]
Kala datang hasut keinginan menguasai hati…berbilah cabang pikiran tak hendak menyinggahi. Ambisi. Lantas imaji melambung tinggi, bukan kebaikan akan hal yang disukai Ilahi. Lalu badan juga pikiran mendadak berubah lain orang…jadi. Kesempurnaan jati, bukanlah hakiki. Seperti bunglon yang selalu menutupi diri.
Anggapnya diri menggenggam segala. Kepuasan tak berwujud, harap pun tiada. Hanya angan membuai logika. Dan kerugian…datang menjelma.
Bukan harta bukan pula mutiara keindahan terkandung di dasar samudra. Bukan pakaian bukan pula perhiasaan membelit raga. Bukan kenapa tidak juga siapa. Tiada bernilai tiada berharga, pada mata pada keelokan maya. Tapi…sesuatu yang ada di dalam dada. Suci ia maka indahlah segala.
Menunduk pada keutamaan pasir di tumpukan tanah, selaksa guna lebih dari angan janji kerlip jutaan bintang di angkasa.
Runutlah diri, risiklah hati. Agar berpatut kalimah sakti. Dan bila itu terjadi…adalah senyum keikhlasan penghias diri. Rona menembus cakrawala hingga ke singgasana Ilahi.
Jadilah diri jadilah hati, pada takdir janji Ilahi. Dan bukanlah keberpura-puraan membelah diri, yang mampu memayungi…hati.
---o0o---
TULISAN INI PERTAMA KALI DIPUBLIKASIKAN DI WWW.KOMPASIANA.COM COPASING DIIZINKAN DENGAN MENYERTAKAN URL LENGKAPPOSTINGAN DI ATAS, ATAU DENGAN TIDAK MENGUBAH/MENGEDIT AMARAN INI.
Ando Ajo, Depok 11 April 2016.
Terima Kasih Admin Kompasiana^^