[caption caption="Tersenyumlah, walau apa pun yang terjadi."][/caption]Seputih kapas dalam genggaman, uraikanlah, rajutkanlah…Untaikan menjadi benang. Benang lurus pengikat guna. Atau sisir jahitkan menjadi kain, penutup tubuh kedinginan. Sulamlah menjadi hiasan, jalinlah menjadi pakaian. Penutup yang tak pantas, pelindung terhadap panas.
Dan diri bisa tersenyum melangkah di bawah cakrawala.
Seperti titik-titik embun di pagi hari. Yang memuai bersama hangatnya mentari. Meski sedikit kesempatan menetes ke pelukan bumi. Tetap setia mencerahkan hari, mendinginkan pandang mata hati. Sejukkan tubuh inci demi inci.
Dan bentangkan tangan nikmati sapa pemula hari.
Layaknya gumpalan si awan kelabu, yang berarak perlahan pada hal yang dituju. Mengganggu, megah langit nan membiru. Biarkanlah begitu…sebab kelabu sangat membantu. Sedikit impian dalam selimut panas yang membatu.
Dan lambungkan asa setinggi kesejukan sesaat menaungi.
Selaiknya usapan lembut tangan-tangan mungil, bayi merah yang belum tersentuh dosa. Yang mampu menggurat senyum di bibir sang malaikat para bidadari kala bayi tertawa. Dalam embus napas surgawi, dalam aroma tubuh nan alami. Menyejukkan, menenangkan.
Dan…begitulah harapan dijalankan.
Â
---o0o---
TULISAN INI PERTAMA KALI DIPUBLIKASIKAN DI WWW.KOMPASIANA.COM COPASING DIIZINKAN DENGAN MENYERTAKAN URL LENGKAP POSTINGAN DI ATAS, ATAU DENGAN TIDAK MENGUBAH/MENGEDIT AMARAN INI.
Ando Ajo, Jakarta 17 Maret 2016.
Terima Kasih Admin Kompasiana^^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H