Mohon tunggu...
Ando Ajo
Ando Ajo Mohon Tunggu... Administrasi - Freelance Writer

Asli berdarah Minang kelahiran Melayu Riau. Penulis Novel Fantasytopia (2014) dan, Fantasytopia: Pulau Larangan dan Si Iblis Putih (2016). Find me at: andoajo.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rakus

11 Januari 2016   14:56 Diperbarui: 11 Januari 2016   14:56 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ratapku tiada berdengar, tertindih deru senapan yang menggelegar. Membanting tubuh ringkih terkapar, lantas rebah di pelukan ibu dalam tawa yang kau umbar. Lagi dan lagi jasad berubah bangkai terhampar, menusuk hidung dan kau masih bisa menawar. Tidakkah kau merasa tertampar?

Hanya dahan-dahan lapuk tempat kami berpijak kini… menjadi tumpuan sanak famili, yang menunggu punah sebentar lagi. Luluh lantak demi kepentingan ekonomi, harga diri, hobi, kesenangan diri. Tidakkah kau peduli? Sedikit saja empati? Tidak pada kami, tapi ibu bumi.

Satu per satu teman menghilang. Bila tidak menjadi patung penghias kecongkakan, pastilah lenyap berlalu jadi makanan. Kami buas, mungkin. Tapi mulut kalian adalah tempat paling menjijikan… dari darat laut udara menjadi bahan pemuas nafsu yang tak pernah terpuaskan.

Kau menyandang kata pujian, makhluk termulia ciptaan Tuhan. Bahkan, justru kami yang iri ingin disamakan. Lantas mengapa kehancuran yang kau hadirkan? Di mana tadi kemuliaan yang diberikan? Di mana letaknya keindahan yang menjadi tujuan? Ataukah itu semua hanya acuan… pembenaran segala tingkah dan perbuatan?

 

TULISAN INI PERTAMA KALI DIPUBLIKASIKAN DI WWW.KOMPASIANA.COM COPASING DIIZINKAN DENGAN MENYERTAKAN URL LENGKAP POSTINGAN DI ATAS, ATAU DENGAN TIDAK MENGUBAH/MENGEDIT AMARAN INI.

Ando Ajo, Jakarta 11 Januari 2016.

Sumber ilustrasi.

Terima Kasih Admin Kompasiana^^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun