Mohon tunggu...
Ando Ajo
Ando Ajo Mohon Tunggu... Administrasi - Freelance Writer

Asli berdarah Minang kelahiran Melayu Riau. Penulis Novel Fantasytopia (2014) dan, Fantasytopia: Pulau Larangan dan Si Iblis Putih (2016). Find me at: andoajo.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tergigit Lidah

6 Januari 2016   15:13 Diperbarui: 6 Januari 2016   15:36 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiada duga dalam kulena, ruas tebu kau berikan pengganti manisnya gula. Sayang disayang bukan pangkal tapi ujung yang terasa hambar. Bukan madu menggelitik lidah tapi air perasan terasa tawar.

Lalu kau berkata; tidakkah kau sadar tiada mungkin bertemu ruas dan buku? Apa kau tahu, sejak kapan air tak ‘kan terpisah dari minyak? Tiada mungkin menyatu.

Kusemaikan benih rindu, pada laman hati di bawah putihnya awan sendu. Namun kala bunga mekar mengembang, di bawah langit biru membentang. Ranting pun kau patahkan, terenggut kasih yang kuharap-harapkan.

Menggelepar.

Terkapar.

Dan hening memudar…

Janji malang terbuang sayang, seperti malam menyuguhkan gemintang. Hanya sesaat sebelum gelap berkalang, dan mendung pekat menghalang pandang. Berharapku pada bulan, adukan luka resah di sekujur badan, kau menggoda dengan senyuman, lantas curah hujan kau pintakan. Menyengat setiap luka menganga tak tertahankan.

Bukan salah dirimu, tapi salah diriku.

Salah berharap terlalu banyak rasa yang ada. Hingga, gurau senda pun kuanggapkan cinta. Nyatanya tergigit lidah, dan kini… resah. Risih yang memadamkan gairah. Kini pelita padamlah sudah. Tiada hasrat, yang tersisa hanya… jelantah.

Kuharapkan cinta berbunga putih, berharap indah berbuah kasih. Namun kenyataan membuatku tersisih. Bunga mekar berubah ungu letih, lebam terluka perasaan mendidih. Jerih…

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun