Mak, bolehkah diri bertanya, untuk sekali saja, dan kumohon jangan berdusta. Izinkan anakmu mendengar sedikit cerita, bukan wajah berpura-pura, yang selalu kau hadirkan pada dunia. Sekali ini saja, berterus terang lah pada setiap kata. Jangan lagi mengunci rapat semua di dalam dada.
Mak… kenapa senyum selalu kau hadirkan, bahkan di kala derita Tuhan berikan? Tidakkah kau mengenal kata; sakit? Perih melilit? Luka hati yang begitu pahit?
Mak, apa yang engkau sembunyikan? Terlukakah hatimu, sebab kami hanya memanggilmu; Mak.
Bukan Mami yang mungkin saja sedikit mengangkat derajatmu lebih tinggi?
Atau Mama agar orang-orang tahu kami punya malaikat dewa?
Tidak pula Ibu… biar orang-orang tahu… kami… punya wanita agung melebihi ratu?
Mak… sungguh, jangan sedih terhadap kami. Jangan tunjukkan senyummu pada kami. Sekali saja Mak, sekali saja… Marahi kami Mak, marahi… kami.
Ke—napa, kau bisa menyimpan semuanya, Mak?
Tuhan-kah yang menuntunmu?
Mak, apakah kau tidak tahu dengan kata; lelah? Bau tubuhmu yang sangit kala tidur di sela dengkurmu yang lirih… menghempaskanku jauh ke neraka jahanam, Mak. Neraka jahanam. Letih tubuhmu belum terbayar dan engkau kembali mendahului sang fajar. Tidakkah kau penat, Mak?
Kau tahu…
Seseorang berkata padaku; hadirku… berkah tempias dari tiap butir keringat yang memercik di setiap pori tubuhmu, Mak. Tubuhmu. Yang mengering bersama lirih doamu, membeku laksana untaian mutiara terindah yang pernah kulihat dengan mata jahanam ini.
Mereka bilang; darah dagingku bahkan setiap detakan jantung yang memompa kehidupan ke setiap jengkal pembuluh di tubuh ini… darimu, Mak. Darimu. Dan pikiran terkutuk ini baru bisa menyadarinya; telah banyak luka yang kau sembunyikan karena aku, Mak. Karena kami.
Sedikit saja Mak, sedikit saja… berbagilah dengan kami. Anak-anakmu. Jangan sembunyikan. Jangan.
Tidak Mak, bukan itu! Bukan senyummu, Mak…!
Sekali saja bagikan pada kami air mata yang diam-diam kau adukan kepada Tuhan Rabb-ku. Air mata yang kau tahan agar kami tak terbangun kala dinginnya subuh membekukan gelap. Air mata yang kau tumpahkan di sela jemari keriputmu di malam hening. Air mata… yang karenanya tidurmu jadi berkurang… Mak.
Air ma—ta… yang karenanya kami bisa menapaki dunia i—ni, Mak…
Mak, dosakah kami bila… meminta se—dihmu sedikit saja?
Â
TERUNTUK SELURUH IBU DI MUKA BUMI INI, SELAMAT HARI IBU DAN KAMI TAHU, TUHAN MENGUTUS MALAIKAT PALING NYATA DAN TERINDAH PADA KAMI, DAN ITU ADALAH KAMU; IBU.
Ando Ajo, 22 Desember 2015.
Terima Kasih Admin Kompasiana^^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H