“Lalu hitam?”
Bunda tersenyum, mengelus sayang.
“Coba kamu campurkan seluruh warna dari cat lukis itu. Apa yang kamu lihat, apa yang kamu temukan? Bukankah warnanya menjadi satu? Berpadu dalam satu biasan. Hitam.”
Gadis kecil tersenyum senang. Resah di hati tidak lagi mengalang, terbuang, biarkan ia menjauh dan menghilang.
“Sama berharga, sama bernilai. Seperti berlian putih berkilauan, namun tak kalah anggun si berlian hitam. Meski berlian berkubang lumpur sekalipun.”
Gadis kecil tak lagi sedih, memeluk bunda dengan segala cinta. Terbesit suara dalam asa, berharap esok teman-teman tak lagi bercerita. Tentang dia, tentang lainnya. Cukup kita, dalam satu rangkul rasa. Kita memang berbeda, tapi indah tak ternyana.
TULISAN INI PERTAMA KALI DIPUBLIKASIKAN DI WWW.KOMPASIANA.COM COPASING DIIZINKAN DENGAN MENYERTAKAN URL LENGKAP POSTINGAN DI ATAS, ATAU DENGAN TIDAK MENGUBAH/MENGEDIT AMARAN INI.
Ando Ajo, Jakarta 08 November 2015.
Terima Kasih Admin Kompasiana^^