Mohon tunggu...
Ando Harapan Gurning
Ando Harapan Gurning Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pantai Losari Makasar

"harta ini kami punyai dalam Bejana tanah liat" (2Kor 4:7a) demikian kata Paulus untuk mengungkapkan jadi dirinya. Tiap-tiap orang mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk membagi harta, nilai dan bobot hidup untuk mengabadikan hidupnya.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kios Kecil Bawang Merah

25 Maret 2022   12:08 Diperbarui: 25 Maret 2022   12:15 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Saya lagi asyik berdiskusi dengan rekan kerja berkaitan dengan penerjemahan teks doa yang berisi tentang permohonan damai untuk dunia terutama Rusia dan Ukraina. 

Ternyata menerjemahkan itu rumit dan selalu membutuhkan pengorbanan termasuk pemilihan kata-kata yang tepat.  Kami pun mencoba menangkap pesan doa lalu mengisinya dengan bahasa daerah.  Ternyata setelah membaca ulang,  isi doanya pun belum menyentuh rasa. Memang begitulah selalu bila sesuatu hal diterjemahkan akan mematikan sesuatu.   

Tetangga pulau pun menghubungiku soal ritus-ritus yang sedang kami kerjakan.  Kami bersharing tentang saat-saat harus berlutut ketika menyatakana kalimat tertentu. Ia merasa bersalah karena lupa melakukan gerakan itu. Saya hanya memujinya dan berkata, "saudara sudah mendarahdagingkan gerakan itu." 

 Saat bertelepon,  tiba-tiba ada permintaan untuk perminyakan susci.  Saya dengan refleks mematikan laptop dan memasukkannya ke dalam tas. Saya berlari ke kamar mempersiapkan apa yang diperlukan. 

Kami meluncur ke tempat orang sakit.  Ternyata di balik tembok pastoran.  Ketua lingkungan sudah lebih dahulu.  Saya melihat bapak itu.  Rupanya dia di kios yang mereka pakai untuk jualan bawang.  Si bapak meniduri bawang yang sedang dijual istrinya.  Dalam keadaan berbaring lemah,  temanku membangunkannya.   Ia juga yang memapahnya, mengajaknya ke rumah sebentar karena untuk  merayakan viatikum dan perminyakan di pasar di tengah-tengah penjual dan pembeli.  

Dengan penuh perjuangan ia berjalan dituntun oleh temanku dan sang Istri yang setia.  Saya sedikit kaget melihat rumah mereka berdua.  Rumah mereka hanya berukuran satu meter dengan panjang tiga meter.  Saya tidak melihat tempat tidur.  Lalu saya bertanya di mana tidur.  Ternyata mereka tidur di antara barang-barang yang mereka kumpulkan.  Saya pun makin termenung. 

Tiba-tiba saja,  istrinya mengatakan bahwa suaminya sering mabuk-mabuk.  Dengan bernada humor saya berkata kepada sibapak supaya membagi minumannya.  Ia pun tertawa sambil mengatakan bahwa saya tidak cocok minum karena perut besar dan cepat kena mag.  Saya pun tertawa kecil.  Lalu kami lanjutkan dengan viatikum dan perminyakan.  

Selesai perminyakan saya coba pijit kakinya yang bengkak.  Dia sedikit meringis. Istirinya mengatakan pada saya supaya melarang dia untuk minum. Spontan saya berkata bahwa minum itu bagus.  Si istri tertawa dan menjelaskan maksudnya minum alkohol.  

Lalu si suami berkata,  "ia pastor.  Saya tidak minum alkohol lagi. " Spontan saya berkata,  "Ya,  jangan katakan kepada saya tetapi katakan pada istrimu". 

Setelah berkata demikian,  kami pamitan dan minta supaya si bapak jangan tidur di depan jualan istri.  Karena itu akan mengganggu penjualan bawang2.  

Sambil jalan kaki,  si ibu juga menuju tempat jualannya. Ia membuka ulang kiosnya.  Melihat kios tetangganya,  rupanya terdapat kelas2 kios yang disediakan pemerintah.  Si ibu membuka ulang kiosnya. 

Tetapi itulah mempelai itu.  Mereka sangat setia. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun