Mohon tunggu...
And Media
And Media Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis Lepas

Journalist Graphic Design Web Development

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Suka Duka Menjadi Pendamping di Kampung Anak Negeri

22 April 2019   22:52 Diperbarui: 22 April 2019   23:06 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prestasi anak binaan Kampung Anak Negeri (Dok. pri)

"Saya selama tujuh tahun di sini kalau ndak sabar ndak betah, sudah keluar. Karena melihat latar belakang anak-anak di sini, hati saya jadi tersentuh, tergugah," tutur dia.

Tak mudah memang menjadi seorang pendamping, bahkan ayah pengganti bagi anak-anak jalanan tersebut. Namun, karena jiwa rasa sosial yang tinggi, membuat Suroso ikhlas merawat dan mengabdi menjadi seorang pendamping hingga sekarang.

"Merawat anak-anak di sini memang perlu sebuah kesabaran yang ekstra. Apalagi, jumlah mereka yang puluhan dengan latar belakang berbeda. Tak mudah memang untuk mendidik dan mengarahkan mereka agar mau menurut," cerita Suroso.

Anak-anak di penampungan ini, setiap pagi menjalani aktifitas seperti layaknya anak normal. Ada yang pergi berangkat ke sekolah, kejar paket, hingga belajar berwirausaha. Selama tinggal di penampungan, mereka akan dibiayai pemkot hingga lulus sekolah, bahkan dibantu dicarikan kerja. Bahkan saat ini, Kampung Anak Negeri telah menjalin kerjasama dengan salah satu hotel berbintang di Surabaya. "Alhamdulillah kemarin sudah ada dua anak yang bekerja di sana," ungkap Suroso.

Pendekatan yang dilakukan para pendamping kepada anak-anak pun terbilang berbeda. Seorang pendamping harus paham psikologis sang anak. Tak hanya itu, sosok pendamping juga harus bisa menjadi seorang ayah pengganti bagi anak-anak tersebut.

Penampungan ini juga terbilang berbeda dengan sebuah shelter. Anak-anak dibebaskan bermain, bahkan di luar area penampungan. Namun, ada batasan-batasan kedisiplinan yang harus mereka taati. Seperti bersekolah, belajar, sholat, mengembangkan bakat dan minat, serta mengaji. Sehingga, metode yang diterapkan itu membuat anak-anak yang tinggal di penampungan merasa nyaman dan have fun.

Kendati demikian, dalam perjalanannya, pastinya ada suka dan duka yang harus dilalui oleh seorang pendamping. Apalagi, jika ada anak yang baru masuk ke penampungan, seorang pendamping pasti harus ekstra sabar untuk mendidik dan mengarahkan anak itu agar mau menurut.

"Sukanya itu setahun dua kali sama anak-anak semua liburan, sama pembina juga. Kalau sedihnya ya kadang anak-anak bikin manggkel, berani sama ustadnya. Tapi ya kita kan harus sabar, namanya juga anak-anak," tutup Suroso. (and)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun