Bagaimana prinsip ini diterapkan? Pemimpin yang baik harus selalu rendah hati dan memperlakukan semua orang dengan hormat, tidak peduli seberapa tinggi posisi atau kekuasaan yang dimilikinya. Semar mengajarkan bahwa kekuasaan harus digunakan untuk melayani, bukan untuk menindas (Sardjono, 2020).
2. Prinsip Eling (Ingat)
Prinsip Eling berarti "ingat". Seorang pemimpin harus selalu ingat akan tanggung jawabnya kepada rakyat, serta ingat kepada Tuhan sebagai sumber segala kekuasaan. Eling juga mengajarkan bahwa seorang pemimpin harus selalu introspeksi dan tidak pernah lupa akan asal-usulnya.
Bagaimana prinsip ini membantu kepemimpinan? Seorang pemimpin yang selalu ingat akan tanggung jawabnya tidak akan mudah terjebak dalam korupsi atau tindakan yang merugikan rakyat. Semar, melalui prinsip eling, mengingatkan bahwa introspeksi diri dan kesadaran spiritual adalah fondasi penting dalam kepemimpinan yang baik (Sudarma, 2021).
3. Prinsip Waspodo (Waspada)
Prinsip terakhir yang diajarkan oleh Semar adalah Waspodo, yang berarti "waspada" atau "hati-hati". Seorang pemimpin harus selalu berhati-hati dalam mengambil keputusan karena setiap tindakan yang diambil akan berdampak besar pada rakyat yang dipimpinnya.
Bagaimana prinsip ini relevan? Dalam dunia modern yang penuh dengan ketidakpastian, pemimpin yang bijaksana tidak boleh gegabah dalam bertindak. Ia harus mempertimbangkan berbagai kemungkinan dan selalu waspada terhadap risiko yang mungkin terjadi. Semar mengajarkan bahwa kewaspadaan adalah salah satu kunci keberhasilan dalam kepemimpinan (Sardjono, 2020).
DAFTAR PUSTAKA
Sardjono, H. (2020). Filosofi Kepemimpinan Jawa: Ojo Dumeh, Eling, dan Waspodo. Yogyakarta: Pustaka Nusantara.
Sudarma, Prof. Dr. (2021). Semar dan Kepemimpinan dalam Wayang: Sebuah Pendekatan Semiotik. Jakarta: Yayasan Nusantara Budaya.
Apollo, Dr. (2023). Makna Kepemimpinan Semiotik & Hermeneutis Semar. Kompasiana.