Ranggawarsita Tiga Era, Kalasuba, Katatidha, Kalabendhu, dan Fenomena Korupsi di Indonesia
Ranggawarsita, seorang pujangga besar dari Jawa, melalui karyanya Serat Kalatidha menggambarkan tiga era utama: Kalasuba, Katatidha, dan Kalabendhu. Karya ini mencerminkan kondisi sosial, politik, dan moral masyarakat Jawa pada masanya. Namun, apa relevansi dari tiga era tersebut terhadap kondisi Indonesia saat ini, terutama dalam hal fenomena korupsi yang semakin merajalela?
Apa itu Era Kalasuba?
Era Kalasuba menurut Ranggawarsita adalah masa keemasan di mana masyarakat hidup makmur dan damai. Pada era ini, pemimpin yang adil dan bijaksana, yang sering disebut sebagai "Ratu Adil," memerintah dengan kebenaran dan kejujuran sebagai nilai utama. Semua aspek kehidupan berjalan tertib, dan kesejahteraan rakyat menjadi prioritas utama pemimpin.
Namun, jika kita melihat kondisi Indonesia saat ini, apakah bisa dikatakan kita berada dalam era Kalasuba? Sayangnya, kenyataan menunjukkan hal sebaliknya. Fenomena korupsi yang merajalela di berbagai tingkatan pemerintah dan lembaga publik menandakan bahwa kita belum mencapai masa kesejahteraan yang ideal. Banyak pejabat yang lebih mementingkan keuntungan pribadi dibandingkan kesejahteraan masyarakat luas. Hal ini menghambat terciptanya keadilan sosial dan kemakmuran yang seharusnya menjadi ciri utama era Kalasuba.
Apa yang Dimaksud dengan Era Katatidha?
Katatidha adalah era di mana ketidakpastian mulai menguasai kehidupan masyarakat. Ranggawarsita menggambarkan era ini sebagai "jaman edan," di mana orang yang mengikuti arus ketidakbenaran cenderung lebih diuntungkan, sementara mereka yang tetap berpegang pada moral dan kebenaran justru menderita. Era ini ditandai dengan krisis nilai, di mana kepentingan pribadi mengalahkan kepentingan bersama.
Apakah kondisi Indonesia saat ini mencerminkan era Katatidha? Bisa dikatakan, ya. Ketidakpastian dan keraguan terhadap integritas pemimpin menjadi salah satu ciri utama era ini di Indonesia. Korupsi yang merajalela di berbagai sektor menunjukkan bahwa banyak pejabat yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan rakyat. Fenomena "jaman edan" ini tercermin dalam perilaku para pemimpin yang seharusnya menjadi panutan. Ketika pejabat publik terlibat korupsi, masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah, dan sulit bagi rakyat untuk mempertahankan prinsip moral di tengah ketidakadilan yang terus berlangsung.
Apa yang Terjadi di Era Kalabendhu?