Mohon tunggu...
ANDJANI RAMADINA AZZAHRA
ANDJANI RAMADINA AZZAHRA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa / Akuntansi / FEB/Universitas Mercu Buana

Nama : Andjani Ramadina Azzahra NIM : 43222120001 Dosen Pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi dan etik umb

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB 1 - Integritas Sarjana dan Optimalisasi Perkembangan Moral Kohlberg's

16 Oktober 2024   22:07 Diperbarui: 16 Oktober 2024   22:13 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peran dosen dalam mendorong mahasiswa untuk mencapai tahap moral yang lebih tinggi, sesuai teori Kohlberg,  merupakan tanggung jawab yang kompleks dan multi-faceted, melampaui sekadar penyampaian materi kuliah.  Dosen bukan hanya pengajar, melainkan juga fasilitator perkembangan moral, pembimbing, dan teladan bagi mahasiswa dalam perjalanan mereka menuju pemahaman dan penerapan etika yang lebih matang.  Peran ini menuntut komitmen yang mendalam terhadap pengembangan karakter mahasiswa dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif untuk pertumbuhan moral.

Pertama dan terpenting, dosen harus menjadi role model yang ideal bagi mahasiswa.  Kejujuran akademik, integritas penelitian, keadilan dalam penilaian, dan komitmen terhadap nilai-nilai etika merupakan contoh-contoh nyata yang akan ditiru oleh mahasiswa.  Konsistensi antara ucapan dan tindakan dosen sangatlah krusial.  Hipokrisi---mengajarkan integritas namun berperilaku tidak etis (misalnya, plagiarisme, bias dalam penilaian)---akan merusak kredibilitas dan efektivitas pesan moral yang disampaikan.  Mahasiswa akan belajar lebih banyak dari apa yang dosen lakukan daripada apa yang dosen katakan.

Selanjutnya, dosen perlu memfasilitasi diskusi dan debat etika yang mendalam dan bermakna.  Ruang kelas harus menjadi tempat yang inklusif dan aman bagi mahasiswa untuk mengekspresikan pendapat mereka, bahkan jika berbeda dengan pandangan dosen atau mahasiswa lain.  Dosen berperan sebagai moderator, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang pemikiran kritis dan mendorong mahasiswa untuk menganalisis dilema etika dari berbagai perspektif.  Pertanyaan-pertanyaan seperti "Apa yang benar dan salah dalam situasi ini?", "Apa konsekuensi dari tindakan tersebut?", dan "Apa prinsip-prinsip moral yang relevan?" akan membantu mahasiswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan mempertimbangkan implikasi tindakan mereka.  Debat terstruktur dapat mempertajam argumen dan mendorong mahasiswa untuk mempertimbangkan pandangan yang berbeda, mendorong perkembangan ke arah tahap moral yang lebih tinggi.

Penggunaan studi kasus dan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning) juga merupakan strategi yang efektif.  Studi kasus yang realistis dan relevan dengan kehidupan mahasiswa dan bidang studi mereka memungkinkan penerapan teori Kohlberg dalam konteks praktis.  Pembelajaran berbasis masalah menantang mahasiswa untuk bergulat dengan dilema etika yang kompleks dan mengembangkan solusi kreatif dan bertanggung jawab.  Diskusi reflektif pasca-aktivitas sangat penting untuk membantu mahasiswa memahami proses pengambilan keputusan moral mereka dan mengidentifikasi area untuk perbaikan.  Dosen dapat membimbing mahasiswa melalui proses ini, membantu mereka menganalisis argumen mereka, mempertimbangkan berbagai perspektif, dan mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang prinsip-prinsip moral.

Umpan balik yang konstruktif dan mendukung dari dosen sangat penting untuk mendorong pertumbuhan moral mahasiswa.  Umpan balik tidak hanya berfokus pada aspek akademis, tetapi juga pada aspek etika dan moral.  Dosen dapat memberikan komentar tentang bagaimana mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, mempertimbangkan perspektif yang berbeda, dan membuat keputusan moral yang lebih bertanggung jawab.  Umpan balik yang disampaikan dengan cara yang mendukung dan konstruktif akan mendorong refleksi diri dan membantu mahasiswa memahami dan memperbaiki kekurangan dalam penalaran moral mereka.

Dosen juga perlu mendorong refleksi diri mahasiswa melalui berbagai teknik, seperti jurnal refleksi, esai reflektif, atau diskusi kelompok kecil.  Refleksi diri membantu mahasiswa memahami nilai-nilai, keyakinan, dan proses pengambilan keputusan moral mereka sendiri.  Dengan memahami diri sendiri, mahasiswa dapat mengidentifikasi area untuk pertumbuhan moral dan mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan etis yang lebih baik.  Dosen dapat memfasilitasi proses ini dengan mengajukan pertanyaan reflektif dan memberikan panduan yang tepat.

Integrasi etika ke dalam kurikulum juga merupakan peran penting dosen.  Etika tidak boleh menjadi mata kuliah terpisah, melainkan diintegrasikan ke dalam berbagai disiplin ilmu.  Dosen dapat menghubungkan konsep-konsep dalam mata kuliah mereka dengan prinsip-prinsip moral, menganalisis implikasi etika dari berbagai teori dan praktik, dan mendorong mahasiswa untuk mempertimbangkan aspek etika dalam pekerjaan mereka.  Ini menunjukkan relevansi etika dalam kehidupan nyata dan berbagai konteks.

Terakhir, dosen perlu menciptakan lingkungan kelas yang mendukung dan inklusif, di mana mahasiswa merasa nyaman untuk mengekspresikan pendapat mereka tanpa takut dihakimi.  Lingkungan yang aman dan menghormati perbedaan pendapat akan mendorong diskusi terbuka dan jujur tentang isu-isu etika.  Dosen harus menjadi fasilitator yang mendorong partisipasi aktif mahasiswa dan menghargai berbagai perspektif.  Dengan memainkan semua peran ini, dosen dapat membantu mahasiswa untuk maju melalui tahapan perkembangan moral Kohlberg dan mencapai tingkat integritas yang lebih tinggi.  Perlu diingat bahwa perkembangan moral adalah proses bertahap yang memerlukan waktu, kesabaran, dan konsistensi dari dosen dan lingkungan akademik secara keseluruhan.

DAFTAR PUSTAKA

  • Kohlberg, L. (1981). Essays on Moral Development, Vol. I: The Philosophy of Moral Development. Harper & Row.
  • Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
  • Nucci, L. (2001). Education in the Moral Domain. Cambridge University Press.
  • Geertz, C. (1976). The Religion of Java. University of Chicago Press.
  • Ricklefs, M. C. (2007). A History of Modern Indonesia. Stanford University Press.
  • Kohlberg, L. (1969). Stage and sequence: The cognitive-developmental approach to socialization. In D. A. Goslin (Ed.), Handbook of socialization theory and research (pp. 347-480). Chicago: Rand McNally.
  • Kohlberg, L. (1984). Essays on moral development, Vol. II: The psychology of moral development. San Francisco: Harper & Row.
  • Rest, J. R. (1986). Moral development: Advances in research and theory. New York: Praeger.
  • Lickona, T. (1991). Educating for character: How our schools can teach respect and responsibility. New York: Bantam Books.
  • Narvaez, D. (2014). Neurobiology and the development of human morality. New York: W. W. Norton & Company.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun