Mohon tunggu...
ANDJANI RAMADINA AZZAHRA
ANDJANI RAMADINA AZZAHRA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa / Akuntansi / FEB/Universitas Mercu Buana

Nama : Andjani Ramadina Azzahra NIM : 43222120001 Dosen Pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi dan etik umb

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB 1 - Integritas Sarjana dan Optimalisasi Perkembangan Moral Kohlberg's

16 Oktober 2024   22:07 Diperbarui: 16 Oktober 2024   22:13 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan demikian, integrasi antara teori perkembangan moral Kohlberg's dengan pemahaman tentang integritas sarjana dapat memberikan landasan yang kuat bagi pembentukan karakter dan moralitas dalam dunia akademik. Dengan kesadaran moral yang terus berkembang dan integritas yang kokoh, para sarjana dapat menjadi agen perubahan yang membawa dampak positif bagi masyarakat dan dunia secara luas.

Gambar Mandiri
Gambar Mandiri

Bagaimana Teori Kohlberg Mempengaruhi Pemahaman Integritas Sarjana?

Teori perkembangan moral Kohlberg memberikan kerangka kerja yang berguna untuk memahami bagaimana individu, termasuk sarjana, mengembangkan moralitas mereka.  Kohlberg mengidentifikasi enam tahapan perkembangan moral, yang dikelompokkan menjadi tiga level: pra-konvensional, konvensional, dan post-konvensional.  Level pra-konvensional ditandai dengan orientasi pada hukuman dan kepatuhan, serta hedonisme naif.  Level konvensional menekankan kepatuhan pada aturan dan norma sosial, serta pemeliharaan ketertiban sosial.  Sementara itu, level post-konvensional, yang merupakan tahapan tertinggi, ditandai dengan pemahaman akan prinsip-prinsip etika universal dan keadilan, di mana individu bertindak berdasarkan keyakinan moralnya sendiri, terlepas dari aturan atau tekanan sosial.

Integritas sarjana idealnya berada pada level post-konvensional.  Sarjana pada tahap ini tidak hanya mematuhi aturan dan hukum, tetapi juga memiliki pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip etika universal seperti keadilan, hak asasi manusia, dan kesejahteraan umum.  Mereka mampu membuat keputusan moral yang kompleks dan bertanggung jawab, bahkan dalam situasi yang ambigu atau penuh tekanan.  Oleh karena itu, optimalisasi perkembangan moral sarjana harus diarahkan pada bagaimana mendorong mereka mencapai dan mempertahankan level post-konvensional ini.

Bagaimana Mewujudkan Optimalisasi Perkembangan Moral Sarjana?

Mewujudkan optimalisasi perkembangan moral sarjana memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan berbagai strategi dan intervensi, antara lain:

1.  Kurikulum dan Pembelajaran yang Berbasis Nilai:

  • Integrasi Etika dalam Kurikulum:  Kurikulum pendidikan tinggi harus mengintegrasikan pendidikan etika dan moral secara sistematis, tidak hanya sebagai mata kuliah tersendiri, tetapi juga diintegrasikan dalam berbagai mata kuliah lain.  Hal ini memungkinkan mahasiswa untuk memahami dan menerapkan prinsip-prinsip etika dalam konteks disiplin ilmu mereka.
  • Studi Kasus dan Pembelajaran Berbasis Masalah:  Penggunaan studi kasus dan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning) dapat membantu mahasiswa untuk menganalisis dilema etika, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, dan membuat keputusan moral yang tepat.  Studi kasus yang relevan dengan profesi mereka dapat meningkatkan pemahaman akan konsekuensi dari tindakan tidak etis.
  • Diskusi dan Debat Etika:  Memfasilitasi diskusi dan debat etika dalam kelas dapat mendorong mahasiswa untuk bertukar pikiran, mempertajam kemampuan berpikir kritis, dan mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang isu-isu etika.  Hal ini juga membantu mereka untuk melihat berbagai perspektif dan mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan mereka.

2.  Pemodelan Perilaku dan Keteladanan:

  • Dosen sebagai Role Model:  Dosen dan staf pengajar harus menjadi role model yang baik bagi mahasiswa, menunjukkan perilaku berintegritas dalam penelitian, pengajaran, dan kehidupan sehari-hari.  Keteladanan yang konsisten lebih efektif daripada sekadar pengajaran teori etika.
  • Pengakuan dan Apresiasi Terhadap Perilaku Etis:  Perguruan tinggi perlu memberikan pengakuan dan apresiasi terhadap mahasiswa dan staf yang menunjukkan perilaku etis dan berintegritas.  Hal ini dapat memotivasi orang lain untuk mengikuti contoh yang baik.

3.  Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah:

  • Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis:  Mahasiswa perlu dilatih untuk berpikir kritis, menganalisis informasi secara objektif, dan mengevaluasi berbagai argumen.  Kemampuan ini penting untuk membuat keputusan moral yang tepat dalam situasi yang kompleks.
  • Pengembangan Keterampilan Pemecahan Masalah:  Mahasiswa perlu dilatih untuk mengidentifikasi masalah, menganalisis penyebabnya, dan mengembangkan solusi yang efektif.  Keterampilan ini penting untuk mengatasi dilema etika dan mencegah perilaku tidak etis.

4.  Penegakan Sanksi yang Adil dan Konsisten:

  • Sistem Sanksi yang Jelas dan Transparan:  Perguruan tinggi perlu memiliki sistem sanksi yang jelas, transparan, dan adil untuk menangani pelanggaran etika.  Hal ini penting untuk mencegah perilaku tidak etis dan menjaga integritas akademik.
  • Proses Hukum yang Adil:  Proses hukum yang adil dan transparan dalam menangani pelanggaran etika akan meningkatkan kepercayaan mahasiswa dan masyarakat terhadap integritas perguruan tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun