Mohon tunggu...
ANDJANI RAMADINA AZZAHRA
ANDJANI RAMADINA AZZAHRA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa / Akuntansi / FEB/Universitas Mercu Buana

Nama : Andjani Ramadina Azzahra NIM : 43222120001 Dosen Pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi dan etik umb

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB 1 - Integritas Sarjana dan Optimalisasi Perkembangan Moral Kohlberg's

16 Oktober 2024   22:07 Diperbarui: 16 Oktober 2024   22:13 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  • Tingkatan Konvensional (Usia 7 hingga 11 Tahun)
    Pada tingkatan ini, individu mulai memahami pentingnya norma sosial dan aturan yang berlaku dalam masyarakat. Mereka mematuhi aturan bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga demi menjaga keharmonisan sosial.

    • Tahap 3: Moralitas "Anak Baik"
      Individu pada tahap ini mulai melakukan sesuatu agar dianggap sebagai orang yang baik oleh orang lain. Mereka berusaha untuk mendapatkan persetujuan dari lingkungan sosial mereka dan menjaga citra yang baik di mata orang lain. 
    • Tahap 4: Mematuhi Otoritas dan Hukum
      Pada tahap ini, individu mulai memahami pentingnya aturan dan hukum dalam menjaga ketertiban sosial. Mereka mematuhi aturan bukan hanya karena takut dihukum, tetapi karena mereka percaya bahwa aturan tersebut penting untuk menjaga harmoni dan ketertiban di masyarakat.

  • Tingkatan Postkonvensional (Usia 11 Tahun ke Atas)
    Pada tingkatan ini, individu mulai berpikir lebih kritis tentang aturan dan norma sosial. Mereka memiliki prinsip moral pribadi yang mungkin tidak selalu sejalan dengan hukum atau norma yang berlaku.

    • Tahap 5: Orientasi Kontrak Sosial dan Hak Individu
      Pada tahap ini, individu mulai memahami bahwa aturan sosial bisa dinegosiasikan dan diubah jika tidak lagi adil. Mereka mulai menilai aturan berdasarkan prinsip keadilan dan hak asasi manusia. 
    • Tahap 6: Prinsip Etika Universal
      PPada tahap ini, individu berpegang pada prinsip-prinsip moral yang universal, seperti keadilan, hak asasi manusia, dan martabat individu. Prinsip-prinsip ini dianggap lebih tinggi daripada aturan atau norma sosial yang ada. Misalnya, seseorang mungkin menolak untuk mengikuti aturan yang diskriminatif meskipun aturan tersebut diakui oleh masyarakat. 
  • Relevansi Perkembangan Moral Kohlberg dengan Integritas Sarjana

    Tahapan perkembangan moral yang dijelaskan oleh Kohlberg memberikan panduan yang sangat relevan untuk memahami bagaimana integritas seorang sarjana terbentuk dan berkembang. Pada tingkatan prekonvensional, seorang individu mungkin hanya mematuhi aturan akademis karena takut dihukum, misalnya takut dikeluarkan dari universitas jika ketahuan melakukan plagiarisme. Namun, seiring dengan meningkatnya tingkat moralitas individu, alasan mereka mematuhi aturan berubah.

    Pada tingkatan konvensional, seorang sarjana mungkin mematuhi aturan akademis karena ingin dipandang sebagai mahasiswa yang baik dan berprestasi. Mereka tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi juga bagaimana tindakan mereka mempengaruhi hubungan sosial dan citra mereka di mata orang lain.

    Namun, tingkatan postkonvensional adalah yang paling penting dalam konteks integritas. Pada tahap ini, seorang sarjana mematuhi aturan akademis bukan hanya karena takut dihukum atau ingin dipandang baik, tetapi karena mereka benar-benar percaya bahwa tindakan tersebut adalah yang benar secara moral. Mereka memahami bahwa plagiarisme, misalnya, bukan hanya pelanggaran aturan, tetapi juga merampas hak intelektual orang lain dan merusak integritas ilmu pengetahuan itu sendiri.

    • Pendidikan Etika dan Moral Sejak Dini
      Mahasiswa yang berada pada tingkatan prekonvensional mungkin masih mematuhi aturan karena takut dihukum atau dihadapkan pada konsekuensi negatif. Oleh karena itu, penting bagi institusi pendidikan untuk mengajarkan etika dan moral sejak dini, agar mahasiswa dapat memahami alasan di balik aturan tersebut. Dengan menanamkan nilai-nilai moral yang kuat, mahasiswa akan lebih mampu menginternalisasi prinsip-prinsip integritas dalam kehidupan sehari-hari.
    • Peran Role Model dalam Pembentukan Karakter
      Pendidik, dosen, dan tenaga pendidik di perguruan tinggi harus menjadi teladan yang baik bagi mahasiswa. Mahasiswa pada tingkatan konvensional cenderung mencari persetujuan dari orang-orang di sekitar mereka, termasuk dosen dan rekan-rekan sejawat. Dengan menunjukkan perilaku yang etis, tanggung jawab, dan integritas, para pendidik dapat membantu mahasiswa memahami pentingnya nilai-nilai tersebut dalam kehidupan akademik dan profesional.
    • Mendorong Pemikiran Kritis dan Reflektif
      Mahasiswa yang sudah berada pada tingkatan postkonvensional mulai berpikir lebih kritis tentang aturan dan norma sosial. Mereka lebih cenderung mempertanyakan keadilan dari aturan yang ada dan berusaha untuk menemukan solusi yang lebih adil. Perguruan tinggi dapat memfasilitasi perkembangan ini dengan mendorong mahasiswa untuk terlibat dalam diskusi tentang dilema moral dan etika. Misalnya, diskusi tentang hak asasi manusia, keadilan sosial, atau isu-isu etis dalam penelitian dapat membantu mahasiswa mengembangkan prinsip-prinsip moral yang kuat.
    • Pengembangan Kebijakan Akademik yang Transparan
      Institusi pendidikan harus memiliki kebijakan akademik yang jelas dan transparan dalam hal kejujuran akademik, seperti plagiarisme dan integritas dalam penelitian. Dengan adanya kebijakan yang tegas, mahasiswa akan lebih memahami konsekuensi dari tindakan yang tidak etis serta pentingnya menjaga integritas dalam setiap aspek kehidupan akademik. Selain itu, kebijakan tersebut harus disertai dengan upaya edukatif untuk membantu mahasiswa memahami pentingnya prinsip-prinsip moral dalam dunia akademik.

    Optimalisasi Perkembangan Moral dalam Pendidikan Sarjana

    Pendidikan tinggi memiliki peran yang sangat strategis dalam mengembangkan moralitas mahasiswa. Mahasiswa yang berada pada jenjang sarjana merupakan individu-individu yang sedang berada dalam fase transisi menuju kedewasaan, sehingga pendidikan moral yang diberikan pada tahap ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter mereka di masa depan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan perkembangan moral mahasiswa sarjana adalah:

    1. Integrasi Pendidikan Moral dalam Kurikulum
      Institusi pendidikan tinggi harus memastikan bahwa pendidikan moral dan etika diintegrasikan ke dalam kurikulum. Mata kuliah etika profesional, misalnya, dapat memberikan mahasiswa pemahaman tentang dilema etis yang mungkin mereka hadapi dalam dunia kerja. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan pengabdian masyarakat juga dapat membantu mahasiswa memahami pentingnya nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari.

    2. HALAMAN :
      1. 1
      2. 2
      3. 3
      4. 4
      5. 5
      6. 6
      7. 7
      8. 8
      9. 9
      Mohon tunggu...

      Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
      Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
      Beri Komentar
      Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

      Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun