Hidup, sebuah perjalanan penuh liku dan tantangan, dipandang oleh banyak orang sebagai medan yang penuh dengan masalah. Setiap periode kehidupan kita dihiasi dengan berbagai macam persoalan yang datang silih berganti. Ketika diterpa masalah kecil, kita mungkin merasa menggigil; namun, ketika dihadapkan pada masalah besar, kita malah menjadi gusar..
Dalam keadaan seperti itu, manusia sering kali merasa terdorong untuk mencari sesuatu yang bisa memberikan solusi atau jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menghantui pikiran mereka. Selama sejarah peradabannya, manusia cenderung bergantung pada kekuatan supranatural, entitas yang berada di luar jangkauan kemampuan manusia, yang kemudian dikenal sebagai Tuhan.
Manusia terus-menerus mencari keberadaan Tuhan. Beberapa menemukan Tuhan dalam berbagai bentuk manifestasi seperti patung, penghuni alam, atau benda-benda alam lainnya. Namun, Tuhan sejati tidak membiarkan manusia tersesat dalam pencarian tanpa arah. Ia memperkenalkan diri-Nya dengan jelas melalui berbagai cara, melalui bahasa manusia dan tanda-tanda di sekitar kita.
Meskipun Tuhan melebihi pemahaman manusia, Dia memanifestasikan diri-Nya melalui kekuasaan dan kebesaran-Nya. Namun, mencari dan mengenal Tuhan tidaklah mudah. Itu memerlukan dedikasi yang tulus dan kebijaksanaan untuk memahami tanda-tanda kehadiran-Nya.
Lewat media bahasa manusia, Tuhan mempersonifikasikan diriNya. Tuhan menyebut dirinya, maha melihat, maha mendengar, maha besar  yang duduk di singgasana. Suatu kali, Tuhan juga menyatakan Dirinya punya kuasa teramat sangat yang dapat menggulung bumi dan alam semesta dengan tanganNya.
Ini bukan berarti Tuhan punya mata, telinga, tangan dan bertahta, sebagaimana manusia. Karena Tuhan sudah menegaskan pula bahwa DiriNya berbeda dengan mahlukNya. (QS. 112: 4).Â
Dan tidak ada kalimat yang lengkap untuk bisa menggambarkan Tuhan secara utuh meski seluruh pohon menjadi penanya, dan air seluruh samudera menjadi tintanya. Bahkan setelah ditambahkan lagi berkali-kali banyaknya. Semua itu tak cukup bisa menggambarkan Dzat-Nya secara subtantif.
JIka bahasa manusia tak cukup mampu mewadahi sifat-sifat Tuhan, lantas dengan cara apalagi kita bisa mengenal secara utuh tentang Dia?
Menurut Agus Mustofa dalam bukunya bertajuk 'Bersatu Dengan Allah', ada beberapa langkah yang bisa dilakukan manusia untuk lebih mengenal Tuhan.Â
a). Membaca dan memahami firman-firmanNya secara utuh, sehingga kita bisa memperoleh informasi lebih lengkap tentang Tuhan. Kita tidak boleh mengambil sebagian ayat, dan mengabaikan sebagian ayat lainnya. Apalagi saling mempertentangkan.