Tiada tersisa dariku yang berbicara, kecuali diri-Mu
Berbicara tentang aku di dalam ramai dan sunyi-Mu
Mahabbah (Cinta)
Mahabbah (cinta) adalah anugerah Allah. Seorang hamba tidak dapat mencapainya dengan usaha keras yang dikerahkan atau dengan kilah yang mengantarkan dirinya ke sana, amal perbuatan yang dia lakukan dengan sempurna, pengetahuan mendalam yang dia kuasai, atau alasan kuat yang dia andalkan, atau bahkan faktor garis keturunan mulia yang mungkin dimiliki. Cinta adalah anugerah Allah kepada hambanya. Sedangkan cinta hamba kepada Allah adalah menyaratkan peniadaan selain-Nya dari dalam hati secara total, agar yang mencintai menyatu dengan Dia yang dicintai. Caranya, mengikuti segala yang ada pada kekasih-Nya, Rasulullah Muhammad SAW. Cinta, lanjut Aisyah, tidak bersebab, dan juga tidak diperoleh dengan menunaikan ketaatan atau dengan terbebas dari kejahatan. Karena ampunan Allah justru datang dari cinta dia kepada hamba-Nya. Bukan justru sebaliknya. Kecintaan seorang Aisyah dilukiskan dalam syairnya:
Kuhapus namaku dan jejak tubuhku
Aku menghilang dariku selagi ada-Mu
Dalam fanaku telah fana kefanaanku
Dalam fanaku aku menemukan Kamu.
Aisyah menggambarkan cinta sebagai sebuah anugerah dari Allah, yang tidak dapat diperoleh dengan usaha keras atau dengan ketaatan semata. Cinta kepada Allah menyiratkan peniadaan selain-Nya dari dalam hati secara total. Bagi Aisyah, wushul atau penyatuan terus-menerus dengan Allah adalah nektar bunga bagi para pecinta Tuhan, yang tidak pernah lelah untuk menyaksikan-Nya sebagai kenikmatan terbesar dalam hidup mereka.
Perjalanan spiritual Aisyah Al-Ba'uniyah ini mungkin saja menjadi inspirasi buat menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar hakikat kehidupan dan keberadaan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H