Mohon tunggu...
Andi Zulfikar
Andi Zulfikar Mohon Tunggu... Freelancer - wirausahawan yang sedang usaha bangkit

Nama saya: Andi Zulfikar. peminat sejarah, politik, dan sosial-budaya

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Tenggelam Dalam Cinta Ilahi

22 Maret 2024   09:36 Diperbarui: 22 Maret 2024   11:14 1259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Tiada tersisa dariku yang berbicara, kecuali diri-Mu

Berbicara tentang aku di dalam ramai dan sunyi-Mu

  1. Mahabbah (Cinta)

Mahabbah (cinta) adalah anugerah Allah. Seorang hamba tidak dapat mencapainya dengan usaha keras yang dikerahkan atau dengan kilah yang mengantarkan dirinya ke sana, amal perbuatan yang dia lakukan dengan sempurna, pengetahuan mendalam yang dia kuasai, atau alasan kuat yang dia andalkan, atau bahkan faktor garis keturunan mulia yang mungkin dimiliki. Cinta adalah anugerah Allah kepada hambanya. Sedangkan cinta hamba kepada Allah adalah menyaratkan peniadaan selain-Nya dari dalam hati secara total, agar yang mencintai menyatu dengan Dia yang dicintai. Caranya, mengikuti segala yang ada pada kekasih-Nya, Rasulullah Muhammad SAW. Cinta, lanjut Aisyah, tidak bersebab, dan juga tidak diperoleh dengan menunaikan ketaatan atau dengan terbebas dari kejahatan. Karena ampunan Allah justru datang dari cinta dia kepada hamba-Nya. Bukan justru sebaliknya. Kecintaan seorang Aisyah dilukiskan dalam syairnya:

Kuhapus namaku dan jejak tubuhku

Aku menghilang dariku selagi ada-Mu

Dalam fanaku telah fana kefanaanku

Dalam fanaku aku menemukan Kamu.

Aisyah menggambarkan cinta sebagai sebuah anugerah dari Allah, yang tidak dapat diperoleh dengan usaha keras atau dengan ketaatan semata. Cinta kepada Allah menyiratkan peniadaan selain-Nya dari dalam hati secara total. Bagi Aisyah, wushul atau penyatuan terus-menerus dengan Allah adalah nektar bunga bagi para pecinta Tuhan, yang tidak pernah lelah untuk menyaksikan-Nya sebagai kenikmatan terbesar dalam hidup mereka.

Perjalanan spiritual Aisyah Al-Ba'uniyah ini mungkin saja menjadi inspirasi buat menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar hakikat kehidupan dan keberadaan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun