Mohon tunggu...
Andizah Nurul Isyani
Andizah Nurul Isyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

saya suka berolahraga dan main game.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Sejarah, Sosial, dan Teknik di Tebing Ciampea serta Pembuatan Topo Maps

13 Juli 2024   01:30 Diperbarui: 19 Juli 2024   16:47 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  Sebagai anggota muda Aktivis Mahasiswa Pencinta Alam (AKMAPALA) saya harus mengikuti serangkaian agenda pendidikan untuk memenuhi persyaratan, sehingga bisa dilantik menjadi anggota penuh. Untuk menjadi anggota penuh di AKMAPALA saya harus mengikuti EKSPEDISI, karena pada saat sidang MABIM saya mengambil divisi Rock Climbing, jadi EKSPEDISI yang saya ikuti adalah EKSPEDISI Rock Climbing yang dilakukan di tebing Ciampea, Bogor. Pada ekspedisi kali ini kami menyajikan sebuah petualangan yang menggabungkan kekuatan fisik, keterampilan teknik, serta pengetahuan sejarah tentang Tebing dan sosial warga setempat. Dalam artikel ini, kami akan menjelajahi berbagai aspek penting dari ekspedisi panjat tebing, mulai dari sosial penduduk sekitar, sejarah dan identitas tebing, hingga teknik panjat yang digunakan dan pembuatan topo maps. Peserta ekspedisi kali ini terdiri dari 4 orang dan didampingi oleh beberapa panitia.

     

1. Sosial Penduduk Sekitar. 

Tebing Ciampea terletak di kampung Bubulang Amsir RT 03 RW 10 Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Bogor, Jawa Barat. Menurut RT setempat rata-rata suku di kampung tersebut adalah Sunda, namun ada juga suku pendatang yaitu suku Jawa. Jadi di kampung tersebut hanya terdapat dua suku yaitu Sunda dan Jawa. Jumlah penduduk yang ada di RT 03 tersebut sekitar 207, yang terdiri dari 103 penduduk perempuan dan 104 penduduk laki-laki. Penduduk di RT 03 itu rata-rata merupakan saudara atau sepupu, jadi hubungan antara penduduk satu dengan lainnya itu cukup baik. Mayoritas mata pencaharian di kampung tersebut itu rata-rata berkebun dan berternak, namun ada juga yang bekerja sebagai buruh pabrik, supir bus, argo ayam dan lain-lain, akan tetapi di kampung tersebut juga terdapat pengangguran. Keamanan di kampung tersebut kurang aman karena warganya malas untuk melakukan kegiatan ronda. Karena tidak diadakannya ronda jadi hewan ternak dan alat elektronik seperti HP milik warga sekitar, sering terjadi kemalingan. Selain kampung yang tidak aman, fasilitas umum di desa tersebut kurang memadai mulai dari mengalami krisis air pada saat kemarau, jalanan yang rusak, tidak adanya toa di masjid, penerangan yang minim, juga tidak ada taman di tempat sekitar dan lain-lain. Namun sudah beberapa tahun terakhir kampung tersebut sering dijadikan tempat KKN oleh Mahasiswa dari Tangerang, jadi fasilitas umum di desa tersebut semakin lama semakin berkembang. Selain dijadikan sebagai tempat KKN  kampung tersebut juga sering dijadikan tempat pelatihan tentara dan juga banyak yang datang ke kampung tersebut untuk melakukan pemanjatan. Kampung tersebut juga sering mengadakan berbagai kegiatan seperti pengajian tiap malam minggu oleh bapak-bapak, pengajian pada minggu pagi oleh ibu-ibu, 17 Agustusan, dan perayaan hari ke-15 puasa.

2. Sejarah Tebing Ciampea. 

Pada tahun 1965 daerah sekitar tebing itu adalah perkebunan karet  lama-kelamaan pada tahun 1970 mulai ada yang latihan di tebing tersebut, dari Resimen Pelopor (Menpor) yang sekarang disebut Brimob. Dahulu latihannya bernama peluncur namun sekarang dinamakan rapling. Pada saat itu ada lulusan dari Universitas Indonesia (UI) yang melakukan pemanjatan di tebing Ciampea dan akhirnya kawasan tersebut mulai ramai di pakai untuk pemajatan. Karena tebing di sana memiliki batuan kapur, jadi pada zaman dahulu batuan yang ada di tebing tersebut sering di tambangin oleh warga sekitar untuk di jual dan dijadikan batu koral, selain itu juga untuk menguruk jalan, membuat kapur dan lain-lain. Namun lama-kelaman tebing tersebut mulai ramai oleh pengunjung yang datang untuk melakukan pemanjatan jadi warga dilarang untuk mengambil batu di sekitar tebing yang di panjat. Karena sudah banyak pemukiman warga, jadi pengambilan batu kapur di tebing tersebut sudah dilarang. Dan sekarang tebing tersebut jadi tempat pemanjatan dan sekitar tebing dijadikan tempat untuk pendidikan para tentara.  Pada saat melakukan pemanjatan di tebing tersebut terdapat pantangan yang harus dilakukan yaitu ketika pukul 12.00 dan 18.00 kegiatan pemanjatan di tebing tersebut harus dihentikan. Pada tahun 2020 di tebing tersebut pernah terjadi peristiwa longsor, yang mengakibatkan luas di atas tebing tersebut menjadi berkurang dari yang awalnya 5 meter menjadi 2 meter.

3. Identitas Tebing, Keterangan Jalur, dan Topo Maps Jalur di Tebing Ciampea

Tebing Ciampea merupakan batuan kapur yang terletak di kampung Bubulang Amsir RT 03/RW 10 Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Bogor, Jawa Barat. Ketinggian tebing tersebut mencapai 50 meter. Jumlah jalur yang ada di tebing tersebut kurang lebih ada 19 jalur diantaranya yaitu: 

  1. Jalur ‘Tangga’ dengan tingkat kesulitan 5.6 ketinggian 20 meter, jalur ini untuk Artificial Climbing tidak ada informasi mengenai tahun dan nama pembuat karena tidak ada hanger.

    Topo Maps Jalur Tangga
    Topo Maps Jalur Tangga
  2. Jalur ‘Anak Lurah’ dengan tingkat kesulitan 5.7 ketinggian 20 meter, dibuat pada tahun 2020 oleh Andria Soekardi. Memiliki 4 hanger.

    Topo Maps Jalur Anak Lurah
    Topo Maps Jalur Anak Lurah
  3. Jalur 'Putih' dengan tingkat kesulitan 5.7 ketinggian 10 meter, dibuat pada tahun 1987 oleh anonim, tidak diketahui pasti siapa pembuat jalur ini karena jalur tersebut sudah ada pada tahun 1987 di Tebing Ciampea. Memiliki 6 hanger (2 anchor top).

    Topo Maps Jalur Putih
    Topo Maps Jalur Putih
  4. Jalur 'Kambing' dengan tingkat kesulitan 5.9 ketinggian 10 meter, dibuat pada tahun 1987 oleh anonim, tidak diketahui pasti siapa pembuat jalur ini karena jalur tersebut sudah ada pada tahun 1987 di Tebing Ciampea. Memiliki 6 hanger hanger (2 anchor top).

    Topo Maps Jalur Kambing
    Topo Maps Jalur Kambing
  5. Jalur ‘Six p’ dengan tingkat kesulitan 5.10 d ketinggian 10 meter, dibuat pada tahun 2021 oleh 6 orang pemanjat dari kota Bogor, tidak ada informasi pasti mengenai nama ke 6 pemanjat tersebut. Memiliki 6 hanger (2 anchor top).

    Topo Maps Jalur Six P
    Topo Maps Jalur Six P
  6. Jalur ‘Westbank’ dengan tingkat kesulitan 5.11 ketinggian 9 meter, dibuat pada tahun 2010 oleh Jajang Dirajanegara. Memiliki 6 hanger (2 anchor top).

    Topo Maps Jalur Westbank
    Topo Maps Jalur Westbank
  7. Jalur ‘Astrajingga’ dengan tingkat kesulitan 5.12 c ketinggian 9 meter, dibuat pada tahun 2011 oleh klub Panjat Tebing Astrajingga Kota Bogor. Memiliki 6 hanger (2 anchor top).

    Topo Maps Jalur Astrajingga
    Topo Maps Jalur Astrajingga
  8. Jalur 'Intifadah' dengan tingkat kesulitan 5.11 d ketinggian 7 meter, dibuat pada tahun 1994 oleh Mauly Wibowo. Memiliki 4 hanger (2 anchor top).

    Topo Maps Jalur Intifadah
    Topo Maps Jalur Intifadah
  9. Jalur 'Bicycle' dengan tingkat kesulitan 5.11 a ketinggian 9 meter, dibuat pada tahun 1994 oleh Mauly Wibowo. Memiliki 5 hanger (2 anchor top).

    Topo Maps Jalur Bicycle
    Topo Maps Jalur Bicycle
  10. Jalur 'Taliban' dengan tingkat kesulitan 5.11 c ketinggian 10 meter, dibuat pada tahun 2010 oleh Indra Supriyana. Memiliki 7 hanger (2 anchor top).

    Topo Maps Jalur Taliban
    Topo Maps Jalur Taliban
  11. Jalur 'Tokek' dengan tingkat kesulitan 5.10 a ketinggian 10 meter, dibuat pada tahun 1987 oleh anonim, tidak diketahui pasti siapa pembuat jalur ini karena jalur tersebut sudah ada pada tahun 1987 di Tebing Ciampea. Memiliki 5 hanger (2 anchor top).

    Topo Maps Jalur Tokek
    Topo Maps Jalur Tokek
  12. Jalur 'Strawberry' dengan tingkat kesulitan 5.8 ketinggian 8 meter, dibuat pada tahun 2017 oleh Andria Soekardi. Memiliki 5 hanger (2 anchor top).

    Topo Maps Jalur Strawberry
    Topo Maps Jalur Strawberry
  13. Jalur ‘Tiram’ dengan tingkat kesulitan 5.8 ketinggian 8 meter, dibuat pada tahun 2017 oleh Andria Soekardi. Memiliki 4 hanger (2 anchor top).

    Topo Maps Jalur Tiram
    Topo Maps Jalur Tiram
  14. Jalur ‘Suka-suka’ dengan tingkat kesulitan 5.7 ketinggian 7 meter, dibuat pada tahun 2020 oleh Poncol. Memiliki 3 hanger (2 anchor top).

    Topo Maps Jalur Suka-suka
    Topo Maps Jalur Suka-suka
  15. Jalur ‘Kasih Ibu’ dengan tingkat kesulitan 5.7 ketinggian 7 meter, dibuat pada tahun 2020 oleh Putera Keristoper. Memiliki 3 hanger (2 anchor top).

    Topo Maps Jalur Kasih Ibu
    Topo Maps Jalur Kasih Ibu
  16. Jalur 'Momen in time' dengan tingkat kesulitan 5.11 b ketinggian 7 meter, dibuat pada tahun 1990 oleh anonim, tidak diketahui pasti siapa pembuat jalur ini karena jalur tersebut sudah ada pada tahun 1990 di Tebing Ciampea. Memiliki 2 hanger, dengan kondisi hanger top berkarat.

    Topo Maps Jalur Moment In Time
    Topo Maps Jalur Moment In Time
  17. Jalur ‘Sabina’ dengan tingkat kesulitan 5.8 ketinggian 7 meter, dibuat pada tahun 2020 oleh Andria Soekardi. Memiliki 4 hanger (2 anchor top).

    Topo Maps Jalur Sabina
    Topo Maps Jalur Sabina
  18. Jalur ‘Drupadi’ dengan tingkat kesulitan 5.11 d ketinggian 7 meter, dibuat pada tahun 2020 oleh Fiqor. Memiliki 4 hanger (2 anchor top).

    Topo Maps Jalur Drupadi
    Topo Maps Jalur Drupadi
  19. Jalur ‘Bones’ dengan tingkat kesulitan 5.7 ketinggian 6 meter, dibuat pada tahun 2020 oleh BAWI. Tidak memiliki hanger hanya tersisa baut karena hanger sudah berkarat, sehingga dilepas dan belum dipasang kembali.

    Topo Maps Jalur Bones
    Topo Maps Jalur Bones

4. Mengaplikasikan Teknik-Teknik

Saat pemanjatan, Kami memanjat menggunakan teknik leading yaitu pemanjatan yang dilakukan oleh dua orang diantaranya berperan sebagai pemanjat dan sebagai belayer, pemanjatan ini dilakukan dari bawah ke atas dan memasang pengamannya sendiri dengan cara menyangkutkan runner ke hanger yang sudah ada pada jalur tersebut. Kami melakukan pemanjatan pada jalur Suka-suka yang memiliki ketinggian 7 meter dan memiliki 3 hanger 2 diantaranya adalah anchor. Pada saat saya memanjat saya menggunakan berbagai macam teknik pegangan, pijakan, dan gerakan. Pada pemanjatan di jalur tersebut saya menggunakan teknik pegangan, pijakan, dan gerakan antara lain: 

Teknik Pegangan: Jug/Bucket, Crimper, Edge/Tepi, Pocket

Teknik Pijakan: Edging, Smearing

Teknik Gerakan: Chimneying, Jamming, Frog, Outside Edge

Selain melakukan pemanjatan leading kami juga melakukan bouldering dan mencoba berbagai macam teknik pegangan, pijakan, dan gerakan. Teknik yang efisien digunakan di Tebing Ciampea adalah teknik pegangan jug/bucket, teknik pijakannya edging dan pada gerakan outside edge karena di beberapa jalur yang kami panjat struktur batuannya memungkinkan untuk menggunakan teknik-teknik tersebut. Akan tetapi setiap pemanjat pasti punya teknik yang efisien menurut dirinya masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun