Mohon tunggu...
Andi Yani
Andi Yani Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan peneliti bidang sosial dan politik

Pembelajar yang senang menyusuri jalan, mengunjungi kampung, bercakap dan berbagi ilmu sambil minum kopi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Barcelona, Sebuah Kota yang Eklektik

8 Juni 2018   15:00 Diperbarui: 8 Juni 2018   23:45 1988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mencumbu pesona sudut kota Barcelona menjadi kesempatan sangat berharga. Meskipun itu hanya sehari. Batasan waktu membuat saya dan kedua kawan harus berdamai dengan jadwal dan hasrat untuk menyisiri semua sudut Barcelona. Sebuah kota yang tumbuh dan berkembang sejak Abad ke 5. Kota yang mengalami kisah penguasaan dari beragam bangsa, dari Roma, Visigoths (Suku Nomaden Jerman), Bangsa Islam Moor (Andalusia), Perancis (Napoleon) dan kemudian menjadi kekuasaan Bangsa Spanyol.

Karena keterbatasan waktu, kami pun harus memilih dua tema penting yang menggambarkan Barcelona secara sederhana. Tema pertama adalah sepak bola yang tentunya merunut ke para lelaki tangguh di klub sepakbola FC Barcelona. Tema kedua yang terpenting adalah maha karya arsitektur yang genius dari Antonio Gaudi.

Kami memulai perjalanan kota di Barcelona di hari yang mendung ke stadion utama FC Barcelona yang dikenal sebagai Camp Nou. Kebetulan sekali, apartemen yang kami sewa letaknya sekitar 5 menit jalan kaki ke tempat dimana Messi dan kawan-kawannya biasa merumput. Pas di depan Camp Nou terdapat lapangan futsal dimana anak-anak remaja yang asik bermain dan ditonton oleh sekitar 20an orang. Menariknya adalah terlihat sekitar sekelompok kakek-kakek berdiri dan duduk santai di luar lapangan menikmati dua tim anak muda memainkan si bola bundar. 

Jarum jam tangan saya menunjukkan jam 09:31 ketika kami memasuki gerbang Nou Camp. Ternyata kami datang agak pagi. Toko souvenir dan paket tour keliling Camp Nou baru buka setengah jam lagi. Sambil menunggu kami pun berkeliling melihat suasana stadion Camp Nou yang berkapasitas sekitar 99 ribu penonton. Stadion sepak bola terbesar di daratan Eropa dan terbesar keempat di dunia. 

Terasa bagaimana daya magis para pemain FC Barcelona yang membuat semua orang yang menontonnya akan memuja kekompakan permainan dan keterampilan mengocek bola ke gawang lawan. Terlihat foto Messi, Neymar, Suarez dan tiga kawannya yang lain menghiasi dinding bagian depan stadion bersama seorang pramugari cantik maskapai Qatar Airways. Terlihat juga sebuah patung pemain bola yang menggiring bola. Patung sang legenda Ladislau Kubala Stecz di era 1950an yang berhasil membobol gawan lawan sebanyak 196 dalam 256 pertanding di sebuah kompetisi[1]. 

Penulis di gerbang Camp Nou
Penulis di gerbang Camp Nou
Sekelompok anak-anak berkumpul di sekitar pintu masuk museum FC Barcelona. Mereka bercengkerama sambil memandang para pemain idamannya. Sepertinya mereka murid sebuah sekolah sepakbola yang  akan tour ke dalam Camp Nou. Dari mata anak-anak penuh semangat terlihat binar ambisi untuk menjadi seperti para bintang yang terpilih menggunakan kostom biru merah warna kebanggan FC Barcelona. Sejam di Camp Nou, tempat latihan dan pertandingan klub sepakbola yang berusia lebih seabad ini sungguh menyisakan sebuah kisah tentang ambisimenjadi terbaik dan keglamouran bisnis olah raga. 

Dari Camp Nou kami pun berjalan sekitar 8 menit ke halte kereta bawah tanah atau biasa disebut Metro. Kita akan menunaikan agenda kedua selama sehari di Barcelona yaitu menziarahi sentuhan magis bangunan Antonio Gaudi yang tersebar di beberapa titik di Barcelona.  Sekitar 10 menit kemudian kami pun sampai di halte Sagrada Familia yang juga merupakan nama gedung destinasi pertama kami. Bangunan gereja Sagrada Familia ini adalah masterpiece Gaudi yang dibangun sejak 1883 namun belum juga rampung hingga kami tiba di sana. 

Salah satu sebab mandeknya proyek pembangunan gereja ini karena meninggalnya Gaudi karena kecelakaan tahun 1926 dan pecahnya perang Spanyol. Pembangunan dilanjutkan tahun 1950an namun berhenti karena gereja ini dibangun dari biaya personal. Pada tahun 2010, gereja ini kembali dibangun dan direncanakan akan rampung pada tahun 2026 yang bertepatan dengan peringatan 100 tahun wafatnya Gaudi. Eksterior bangunan Sagrada Familia membuat semua orang berdecak kagum membayangkan kegeniusan Gaudi merancang setiap sudut dan sisi gedung dengan gaya yang berbeda dengan gaya arsitektur gotic di jaman tersebut.

Sagrada Familia salah satu karya arsitek Gaudi yang masih dibangun sampai saat ini
Sagrada Familia salah satu karya arsitek Gaudi yang masih dibangun sampai saat ini
Park Gell karya Gaudi yang selalu ramai dikunjungi turis
Park Gell karya Gaudi yang selalu ramai dikunjungi turis
Selain keelokan arsitektur gereja yang sulit diwakili dengan kata, di dalam kompleks gereja terdapat bangunan yang sangat khas dan unik yang beratap coklat dengan atap yang melengkung. Gaudi khusus membuat bangunan mungil dan eksotik ini sebagai sekolah untuk anak-anak para pekerja bangunan. Sayangnya kami tidak ada waktu untuk bisa masuk ke dalam gereja karena panjangnya barisan antrian pengunjung untuk masuk. Tempat ini menjadi lokasi kunjungan utama para turis. Tidak heran jika disekitarnya terdapat banyak penjual souvenir khas Barcelona, mulai dr gantungan kunci, baju, tas, dan tempelan kulkas.

Setelah puas melihat keelokan Sagrada Familia, kami pun berjalan menyusuri jalan ke destinasi selanjutnya yaitu Casa Mila atau dikenal juga dengan La Pedrera. Bangunan ini dibangun tahun 1906 sampai 1910 dan merupakan desain terakhir Gaudi sebelum wafat. Gedung ini berlantai lima dengan desain yang cantik sekali. 

Mulai dari dinding sampai langit-langit didesain dengan warna dan bentuk yang khas. Banyak turis yang penasaran untuk melihat desain atap La Pedrera yang sangat futuristik. Bahkan seringkali menjadi tempat pagelaran konser lagu klasik ditemani di musim panas. Tiket untuk bisa melihat keindahan interior dan atap Casa Mila seharga 27 eur per orang.

Destinasi selanjutnya adalah Casa Batllo yang lokasinya di tengah kota Barcelona. Gedung yang merupakan bagian dari barisan gedung seperti ruko namun satu petak didesain ulang oleh Gaudi pada tahun 1904. Dinding gedung bagian depan terlihat berwarna warni dan balkon didesain seperti topeng. Atap gedung sekilas seperti punggung naga dengan genteng yang berbentuk sisik naga. 21 eur menjadi harga yang pantas bagi pengunjung yang penasaran melihat kegeniusan Gaudi mendesain setiap lantai Casa Batllo dengan gaya yang berbeda.

Setelah mengisi perut dengan makanan murah siap saji yang kebetulan pas di depan Casa Batllo, kami pun bergegas ke maha karya Gaudi lain yang posisinya di atas bukit Carmill. Gaudi diminta oleh seorang bangsawan yang bernama Eusebi Gell untuk membuat sebuah taman. Park Gell dibuat sejak tahun 1900 hingga 1914 mulanya adalah taman keluarga sang bangsawan. Pada tahun 1926, taman ini kemudian dibuka untuk publik. Taman ini sangat cantik dengan beragam karya seni dan mosaic yang dibuat oleh Gaudi. 

Beberapa desain taman ini dibuat berdasarkan diskusi antara Gaudi dan Gell. Sebagai area publik, taman ini terbuka untuk umum alias gratis. Namun untuk masuk ke lokasi tertentu, pengunjung diharuskan membayar 8 eur. Sebuah jumlah uang yang tak ternilai dengan bisa meyaksikan secara dekat desain Gaudi seperti bangku taman dengan mosaic warna warni yang menghiasi teras yang sangat luas, ruangan hypostyle, rumah Gaudi yang sekarang menjadi museum, dan tangga lengkungan khas Catalan.  Dari teras luas kita bisa melihat lautan dan kota Barcelona. Sebuah momen yang sangat indah.

Kami menghabiskan waktu sekitar sejam lebih untuk bisa melihat desain taman Gell. Selanjutnya kami pun menuruni bukit dengan menyusuri trotoar. Sebuah caf kecil kami temui dalam perjalanan. Kami pun mampir sejenak menyeruput latte sambil mengistirahatkan kaki sejenak. Setengah jam kemudian kami pun melanjutkan perjalanan ke alun-alun kota Barcelona yang dikenal sebagai Plaa Catalunya. 

Di dekatnya terdapat jalan La Ramba yang merupakan pusat belanja Barcelona. Toko-toko bermerek kelas atas ala Champ de Elyseedi Paris berjejer sepanjang jalan La Ramba. Sayangnya, cuaca tidak ingin bersahabat. Matahari yang beranjak lebih awal karena tertutupi awan yang membawa hujan butiran es. Masih ada beberapa daftar maha karya Gaudi yang belum sempat kami ziarahi. Itu pertanda bahwa kami kelak akan kembali melanjutkan perjalanan katarsis seni ala Gaudi. 

Barcelona sungguh adalah sebuah kota yang merepresentasikan semua kisah peradaban berbagai bangsa besar di Eropa, karya seni yang sungguh indah dan klub sepak bola yang terbaik. Sebuah kota yang eklektik. Kota yang merangkum segala yang terbaik di daratan Eropa.

(1) www.totalbarca.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun