Mohon tunggu...
Andi Yani
Andi Yani Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan peneliti bidang sosial dan politik

Pembelajar yang senang menyusuri jalan, mengunjungi kampung, bercakap dan berbagi ilmu sambil minum kopi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Memelihara Harapan

26 Mei 2018   01:59 Diperbarui: 26 Mei 2018   02:48 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap insan manusia yang memiliki semangat untuk bergerak dan berubah pada dasarnya dipicu oleh sebuah harapan. Harapan adalah spirit untuk menyadari sebuah kehendak besar untuk berubah. Seandainya harapan adalah sebuah benda yang bisa diperjualbelikan maka ia menjadi sesuatu yang bernilai sangat mahal. 

Harapan menjadi barang langka ketika seseorang atau suatu kelompok pesimis. Meyakini bahwa tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Percaya bahwa segalanya upaya akan berakhir sia-sia. Akan lebih parah lagi jika meyakini bahwa kondisi yang dialami adalah sebuah kesialan. Kesialan adalah kata lain dari kutukan dalam  keterpurukan. Sebuah kondisi yang sebaiknya kita harus hindari dan singkirkan.

Pada sisi lain, harapan bisa jadi menjadi musuh dan mimpi buruk. Kondisi ini berlaku bagi seseorang atau sebuah kelompok yang mengambil manfaat dari sikap kepasrahan. Harapan menjadi hambatan bagi sang penguasa lalim yang menginginkan warganya tunduk dan pasrah atas nasibnya sebagai budak dan bukan sebagai rakyat. Dalam situasi ini, seseorang yang menawarkan harapan menjadi musuh utama sang penguasa.

Kisah tentang ketakutan atas hadir dan menjalarnya harapan dikemas apik dan menarik dalam film "Jacob the liar". Film yang dirilis pada tahun 1999 diinspirasi dari novel yang ditulis oleh Jurek Becker yang berangkat dari sebuah kisah nyata. Kisah dalam setting penguasaan Polandia oleh Jerman dibawah kepemimpinan Adolf Hilter dengan NAZI-nya di tahun 1944.  

Almarhum Robin Williams memerankan tokoh Jack yang mengaku telah mendengar dari berita yang disiarkan di radio bahwa tentara Rusia akan datang dan menyelamatkan mereka dari penguasaan NAZI. Jack berbohong tentang radio dan berita yang dia ceritakan. Namun demikian, Jack menawarkan harapan seperti menyodorkan segelas air di sebuah gurun. Semua orang yang mendengar berita si Jack berubah menjadi lebih semangat untuk hidup. Jack kemudian dicari dan ditangkap oleh tentara Nazi karena prilakunya yang berbahaya. Menyebarkan cerita akan sebuah harapan. 

Ketika kita hidup dalam situasi yang merdeka dan demokratis seperti saat ini. Kadangkala harapan masih tetap saja menjadi barang langka. Namun, bagi mereka yang memiliki semangat untuk berubah dan berbuat maka harapan menjadi daya ungkit utamanya. Untuk itu, menjadi hal yang penting untuk kita tetap memelihara sebuah harapan. Mari memulai hari  dengan sebuah harapan. Harapan menjadi lebih baik dan berbuat yang terbaik.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun