Ada perasaan tak bahagia ketika mengenalmu. Aku mengira kamu orang jahat. Manusia paling jahat seperti mereka, yang pernah kukenal, menyakiti hidupku di masa lalu. Yang dengan kekuatannya menghancurkan hidupku tanpa belas kasih. Tanpa segan-segan. Â
Namun pertama kali mengenalmu, ibuku berkata: di dunia ini ada dua orang, baik dan jahat. Dan ternyata dugaanku memang keliru, kau bahkan bukan bagian dari mereka, orang-orang jahat itu. Karena kau, hanya kau satu-satunya laki-laki yang dengan ketulusanmu yang hebat, mencintaiku. Menginginkan aku lebih dari dirimu sendiri. Tanpa keraguan, tanpa syarat.
Kau menyingkirkan itu semua. Aku berterima kasih. Sebab hanya itu yang bisa kuucapkan padamu.
Wahai laki-lakiku, tahu kah kau, setiap saat aku terbangun pagi hari, satu-satunya yang kuingat dari diriku aku adalah istrimu. Yang tidak sempurna tapi aku senantiasa merasa amat beruntung telah kau sempurnakan aku dengan kau di sampingku.
Aku tahu, aku mungkin bukan matahari besar yang cahayanya dapat memberimu sinar. Kau yang menyinariku. Seperti kunang-kunang di malam hari, sebab, aku sendiri adalah sisi gelap tanpa cahayamu.
Kekasihku, kalau kau mencari-cari kekurangan dari dalam diriku niscaya kau akan gampang menemukannya. Tapi jika kau ingin menemukan kelebihan dari diriku di tubuh orang lain, aku bersumpah, kau tak akan menemukannya. Akulah kekurangan dan kelebihan itu sendiri. Maka aku minta padamu: cintailah aku dengan dalam. Sedalam kata-kata yang tak bisa kau ungkapkan dengan bibir dan akalmu.
Aku juga akan mencintaimu dengan cara yang kukuasai. Bila aku sering membuatmu marah, peluklah aku, jangan balik memarahiku, jangan lepaskan aku.
Bimbinglah aku, sampai ke muaramu. Kita sama-sama berlabuh, aku melabuhkan diriku ke dalam dirimu dan kau melabuhkan dirimu ke dalam diriku yang ganas dan jinak.
Mari kita sama-sama berlayar. Aku nahkodamu, kau kaptennya.
Andi Wi
Ajibarang, 26 April 2018