Benar. Tapi mungkin kita benar. Kita bisa mengangkat seluruh beban di dunia ini. Tapi otak kita melindunginya untuk tidak melakukannya atau memilih melakukannya. Seperti kesedihan dan cara memandangnya dari ujung gedung.
Kemarin dan hingga hari ini, seluruh Indonesia berduka atas terjadinya ledakan bom yang menewaskan puluhan orang tak bersalah. Peristiwa yang amat menyakitkan bagi keluarga korban dan seluruh rakyat Indonesia.
Seperti halnya teman saya itu. Saya tak punya amanat, atau kata-kata menghibur yang bisa mengembalikan keceriaannya. Semuanya sudah terjadi. Tak ada orang yang bisa mengembalikan yang telah tiada. Tapi jika ingin berjalan jauh di malam hari, saat hujan rintik, melewati lorong, dan lampu jalan yang sepi dan dingin, saya janji tak akan menyapamu dengan bertanya: kenapa.
Namun saat saya menulis ini saya di rumah dan belum ingin tidur. Selesai menulis ini saya akan berdoa untukmu, hati-hati di jalan ya. Antar kesedihan itu jauh-jauh  Lalu lekas kembali. Lalu cepat pulang ke rumah.
Andi Wi
(*) Dicetak miring sajak Sapardi Djoko Darmono - Pada Suatu Pagi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H