Nanti aku tahuÂ
kau akan menelponku
dan bertanya, aku dimana?
Setelah dua tahun berpisah
Sudah barang tentu
kau ingin sekali
mengajukkan pertanyaan itu
Bukan hal aneh jika
Tiba-tiba kau menghubungiku
lagi
Kadang kala aku pun merasa
Punya satu kewajiban khusus
yang seolah lama sekali kutinggalkan
Di tempatku berdiri
Segala sesuatunya berubah
Saat masih kecil
Aku hanya punya satu kekhawatiran
: sepatu baruku menyentuh lumpur
Tapi kini aku menyimpan banyak sekali
rasa takut dalam benak dan mimpiku sendiri
Aku memikirkanmu ketika
Menyetir mobil
Kau yang mendorongku melamuni hal-hal musykil
Saat aku tergila-gila dengan diriku sendiri
Kau yang menyembuhkannya
Maret ini hujan tiba
April menyapunya dengan debu musim panas
Sering kudengar seseorang berteriak di telingaku,
"Kalau ternyata selama ini
kita salah
bagaimana?"
Tapi seperti bahasa asing
aku sulit menerjemahkannya
dalam bahasa ibuku.
Aku memikirkanmu lagi
Ketika tidur
Aku membayangkan
diriku seorang pasien yang dijenguk
masa lalu
Besok adalah hari terakhir puasaku
yang tinggal menunggu dioperasi
Aku tidak sangat khawatir
Tapi amat cemas
Ketika dibedah, seorang dokter
Ia tak menemukanmu
Tapi boleh jadi malah
kamulah dokter itu
Aku setengah sadar
"Hallo?" katamu
Seperti seolah sedang mengangkat telepon
Aku membalas,
Tapi tidak terdengar membalas.
Mungkin saat itu aku sedang sekarat.
Kau berkata lagi,
"Kamu dari mana saja?
Aku mencarimu kemana-mana tau,
tapi kau entah dimana."
Aku di sini, balasku
singkat.
Kemudian situasinya berubah amat cepat
Jam dinding yang memutar ke arah kiri
ke sisi sebaiknya berputar ke arah sebaliknya lagi.
Aku sangat kaget. Ini membuatku sangat kaget
Aku berubah jadi dokter berjubah itu
dan kau
Sementara kau
menjelma pasien pucat
yang terbaring lemah
memanggil-manggil nama semua orang
yang pernah kau cintai.
Ajibarang, 1 Maret 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H