Aku melihatmu setiap melihat langit
Di penuhi bintang jatuh,Â
Seumur hidupÂ
Yang belum kusaksikan
Dengan mata kepalaku sendiriÂ
Kau terlewat begitu aku bermimpiÂ
Kau kahÂ
yang tak teraih itu?
Mainan model baru tetanggaÂ
yang tak kupunyai ketika kecil?
Tapi cintaku yang miskinÂ
Cintaku yang miskinÂ
Cuma berani bersiulÂ
Meminjam angin dan anganÂ
Mengintipmu dari balik etalaseÂ
Yang menyilaukan itu
Suatu hari yang terlalu sepadanÂ
Aku dibesarkan dari kata-kataÂ
Bahasa ibuku adalah puisi lamaÂ
Yang ditulis karena kesedihannya
Yang mendalamÂ
Yang tak punya dasar permukaan
Larut kitaÂ
Menjelang akhir malamÂ
Kau yang kuimpikanÂ
Ekormu yang begitu panjang melintang
Jatuh di atapÂ
Kelopak matakuÂ
Menyelinap ia
Bagai debuÂ
Menginginkan
kelilipan ituÂ
Sebab mencintaimu, alangkah
Alasanku terus mengucek mataku.
***
Andi Wi
18 November 2017Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI