Mohon tunggu...
Andi Wi
Andi Wi Mohon Tunggu... Penulis - Hai, salam!

Bermukim di Cilongok - Banyumas - Jawa Tengah. Kamu bisa mulai curigai saya melalui surel: andozshort@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Bintang Jatuh

18 November 2017   07:35 Diperbarui: 18 November 2017   08:55 3783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Bintang Jatuh | https://www.instagram.com/dori_sue/

Aku melihatmu setiap melihat langit

Di penuhi bintang jatuh, 

Seumur hidup 

Yang belum kusaksikan

Dengan mata kepalaku sendiri 

Kau terlewat begitu aku bermimpi 

Kau kah 

yang tak teraih itu?

Mainan model baru tetangga 

yang tak kupunyai ketika kecil?

Tapi cintaku yang miskin 

Cintaku yang miskin 

Cuma berani bersiul 

Meminjam angin dan angan 

Mengintipmu dari balik etalase 

Yang menyilaukan itu

Suatu hari yang terlalu sepadan 

Aku dibesarkan dari kata-kata 

Bahasa ibuku adalah puisi lama 

Yang ditulis karena kesedihannya

Yang mendalam 

Yang tak punya dasar permukaan

Larut kita 

Menjelang akhir malam 

Kau yang kuimpikan 

Ekormu yang begitu panjang melintang

Jatuh di atap 

Kelopak mataku 

Menyelinap ia

Bagai debu 

Menginginkan

kelilipan itu 

Sebab mencintaimu, alangkah

Alasanku terus mengucek mataku.

***

Andi Wi

18 November 2017 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun