Sungguhnya bukan main
Menyaksikan sambil duduk
Hujan turun
Di malam hari
Gigil menyentuh pelahan-lahan cahaya
namun tak sanggup membekukan apa-apa
Justru kubayangkan kau
di sampingku
mengeluh
Atas asap rokokkuÂ
Rindu yang tiap malam kau hirup bikin sesak napasmu kumat,
namun sudah sembuh.
Aku merayakannya,
Dengan mendengarmu berkisah
Tentang sehari sebelum kita jatuh cinta
Sehari sebelum kita berpisah
-Dengan nada agak filosofis, kau berkata
"Aku memilih menaikkan jangkarku,"
Samar-samar ucapmu
"Pasangan sejati berlabuh adalah berlayar
kembali!"
Yang justru kudengar ibuku berteriak,
"Nah kubilang juga apa.
Jangan main hujan-hujanan!"
Lantas kulihat kau berpaling
ke luar hujan deras, lalu balik menatapku
Pekat-pekat, bagai aku lebih jauh
Dari pada jangkauanmu
Namun nampak betul kau berhasil
Menyamai diriku
Di sisimu
Kau membelaiku,
tanganmu sedingin es
Malam tak punya palung
Hujan meruntuhinya
Tidak ada bencana
Kesedihan cuma rencanaÂ
Aku pamit padamu ingin kecing
Aku kedinginan kataku.
Kau tidak berkata apa-apa
Tapi saat aku kembali dari kamar mandi
Kau sudah tak adaÂ
Ternyata
di beranda,
Hujan sudah reda.
***
Andi Wi
17 November 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H