Aku mencintaimu tapi, keniscayaan membuatku seperti pungguk yang merindukan bulan. Sebab tangan mimpiku tak pernah lebih pajang dari judul-judul puisi yang dipercikan penyair patah hati untuk menguatkanku ketika membaca, membuatku sadar bahwa dunia hanya diisi oleh kemasuk-akalan, ambisi, amarah dan perilaku lucu untuk menyebutnya kebodohan.
Aku mencintaimu tapi, hidup tak memberiku kejujuran apa yang sedang kuhadapi kini. Pilihannya cukup sulit; jika seluruh dari dirimu adalah milik kau sendiri, bagaimana mungkin aku bisa memiliki secuil dari dirimu yang asing. Sebab aku tak mungkin pernah jadi seorang penjajah tamak dan tak tahu malu, yang menipumu demi apa yang seharusnya tak bisa kurenggut darimu.
Aku mencintaimu tapi,apa bedanya aku dengan anak-anak lain, yang kehilangan cita-citanya dan harapan-harapannya setelah mereka menyadari sudah tua. Ketika disaat waktu kesepain mereka mengenang perjalanan darah mudanya dekat tungku perapian terkantuk-kantuk bersama seekor anak kucing.