Mohon tunggu...
Andi Wi
Andi Wi Mohon Tunggu... Penulis - Hai, salam!

Bermukim di Cilongok - Banyumas - Jawa Tengah. Kamu bisa mulai curigai saya melalui surel: andozshort@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dia

13 April 2017   20:51 Diperbarui: 14 April 2017   07:00 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: analisadaily.com

Dua atau seribu tahun lalu, mereka adalah sepasang pohon yang tercerabut dari akarnya. Setelah melalui proses inkarnasi yang panjang dan berbelit-belit, yang satu menjadi sebatang pohon, sementara satunya lagi adalah seorang lelaki. 

Sebelum sempat menggergaji kekasihnya itu, si Lelaki, menyempatkan diri memeluk pohon itu dan mengukur dengan lengan tangannya yang pendek dan tak terjangkau, seperti cinta yang tak sampai, kau tahu. Kalau kau suka dengan fakta itu. 

Lantas ia membawa pulang kekasihnya itu, yang nantinya akan ia gunakan untuk membuat sebuah bufet, sebagai tempat persembunyiannya, yang sepi dan gelap, berharap mereka bisa bercakap-cakap.

*

Hari ini dia depanku, tapi sebagai manusia, sementara aku bahkan sebaliknya: sebatang pohon. Dia bilang, akan menebangku dan, "Kujadikan kau jendela kamarku. Agar aku senantiasa bisa ingin duduk di sampingmu dan melihat senja melalui matamu," katanya meyakinkan. 

Namun, dia bohong, dan aku memprotesnya, "Mengapa kau jadikan aku ranjangmu?" kataku, setelah kupikir suaminya tidak ada.  

Dia melihat-lihat sekitarnya, tapi tidak menyadari keberadaanku.  Aku mendatanginya di alam mimpi. dan kubilang, "Kau bohong!"

Di alam mimpi, dia cuma menangis. 

Aku menantinya berhenti menangis. 

Ajibarang, 13 April 2016

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun