“Aku tidak sekuat dirimu. Aku tak akan kuat jika kau meninggalkaku!”
“Aku sudah bersamamu bahkan lebih dari separuh usiaku ketika sendiri. Tidak. Ini terlalu kejam.”
“Lagi pula mengapa ada orang yang meninggalkan kekasinya, sebelum menyadari ia melakukan hal yang salah.”
Nyonya Gofman masih tidak menimpali ucapan suaminya itu.
“Jika ada hal yang patut kutinggalkan itu adalah karena aku benar. Usiaku, kematian itu benar-benar datang.”
—oOo—
Hari ketiga kematian Nyonya Gofman, Tuan Gofman, lebih sering tidur di bawah ranjang. Sesekali ia terbangun karena mendengar seseorang mendengkur di atasnya. Ia mengecek, tapi tak ada sesiapa.
—oOo—
Di hari kelima setelah istrinya pergi, dua ekor cicak yang menjelma malaikat pencabut nyawa, juga melihat ranjang itu kosong. Tak ada sesiapa. Padahal Tuan Gofman menanti.
(*) Terimakasih buat Air Suplly atas lagunya yang ciamik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H