Mohon tunggu...
Andi Wi
Andi Wi Mohon Tunggu... Penulis - Hai, salam!

Bermukim di Cilongok - Banyumas - Jawa Tengah. Kamu bisa mulai curigai saya melalui surel: andozshort@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Memasak Mi Instan, Mengenang Jalan Kelindan

12 Agustus 2016   03:03 Diperbarui: 17 Agustus 2016   10:15 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: pixabay.com

--untuk Editor Kesayangan Kita
: Ratih Raca 

1
Setiap hari ada saja yang berlalu. Tidak mendesak,  
tidak buru-buru.
Mereka berniat melewatimu  
dengan damai meskipun hal itu cukup membuatmu khawatir. 

2
Kita telah sampai di sini. 

Kau telah lahir dan tumbuh  
dan setiap pagi
tanpa alasan yang kaupahami
merasa
malah semakin kuat saja. 

3
Aku adalah waktumu
Ketakutan 5 detik lalu  
yang telah berlalu,  
alasan kau tak sudi melihatku
setiap kali menyesali  
perasaan terkutuk itu. 

4
Dunia diduga pendendam
hari dimana dilakukan
dibalas dimasa depan. 

5
Penggila yang semalam
kalah taruhan, tertidur selonjoran di bangku taman
sementara di kepalanya  
menyusun rencana, nanti siang
kita makan mi instan saja. 

6
Demikian kita katakan padanya
bahwa
sudah tak memiliki apa-apa. Dunia akan marah
meminta kita
menuntut
mematuhi permainannya.
Bertaruh apa saja.
Di meja, jiwa dan raga kita
sebagai bahan taruhan.

Kita akan menerima diri kita sebagai kekalahan.
Meski hal itu, kautahu,
bukanlah suatu
kegagalan yang penting.

7
Hari ini kita akan masak mi instan
Itu akan membuatmu cukup  bergairah
sesuatu yang nyatanya menyedihkan
Betapa kesyahidan itu
mengukuhi guyonan,
yang hanya bisa ditandingi
dengan kuah kare ayam imitasi.

Lihat! Lanskap jendela dapurmu
yang menampilkan
jalan tapak memanjang.
Aku menepuk pundakmu dan
berkata,
"Yep! Kita akan ke sana!"
Bergegaslah.
Kau menoleh menatapku.
Kujawab, "Kenapa kau
memandangku seperti itu?"

8
Kadang-kadang hari nampak
begitu cerah.
Sebelum kita keluar rumah.
Kau bertanya padaku,
apakah aku melihat payungmu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun