Mohon tunggu...
Andi Wi
Andi Wi Mohon Tunggu... Penulis - Hai, salam!

Bermukim di Cilongok - Banyumas - Jawa Tengah. Kamu bisa mulai curigai saya melalui surel: andozshort@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hal-hal yang Terjadi Ketika Kamu Pergi (12)

13 Januari 2016   18:34 Diperbarui: 13 Januari 2016   19:01 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kau sedang duduk menunggu seseorang. Dan masih menunggu hingga sekarang. Tidak! Itu tidak benar. Kau tidak sedang menunggu, kau juga tidak sedang mengamati bintik-bintik kopi itu, kau lebih nampak seperti sedang berpikir, bagaimana kekasihmu akan mengucapkan kata-kata terakhir: berpisah.

Dan ia mengucapkannya, persis seperti di film-film kolosal. Ketika harus pergi untuk waktu yang tak bisa ditentukan oleh dirinya sendiri; karena ia akan pergi berperang, untuk itu ia tidak bisa memastikan kapan ia pulang. Ia akan menghadapi dirinya sendiri, berperang melawan dirinya sendiri, menang atas dirinya sendiri dan kalah atas dirinya sendiri.

Dari begitu lama, akhirnya ia tiba juga malam itu ke rumahmu. Mengetuk pintu dan tetap berdiri di situ ketika kau mengijinkannya masuk, namun ia menolak. Kini ia mengganggap dirinya ialah orang asing, yang diutus oleh dirinya sendiri untuk mengabarkan jika ia telah kembali dari medan perang.

“Aku kembali,” katanya mengawali. Kau menatap wajahnya, ia nampak sangat ceria. Jauh berbeda kali terakhir bertemu dengan kau, pada suatu waktu ia mengatakan ingin sendiri dulu.

“Kau menang?”

“Tidak.”

“Kalau begitu kalah?”

“Tidak! Kami memilih jalan damai, tidak akan berperang lagi. Selamanya.”

“Oaam..., mungkin, kita harus mengadakan pesta kecil untuk merayakannya.”

Ia tersenyum sempit dan tersenyum lebar dan kau pun turut tertawa bersamanya. Itu adalah pertama kali kau melihatnya begitu bahagia setelah kalian menjalin cinta selama sepuluh tahun terakhir. Kau pun memikirkan sesuatu, apakah ia baru saja memenangkan nobel perdamaian dari suatu lembaga dirinya sendiri dan untuk dirinya sendiri? Namun akhirnya kau tertegun dan menyadari ia tertawa begitu lama sekali. Dan memang aneh sekali.

“Kita tidak bisa bersama lagi,” katanya ketika selesai tertawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun