Mohon tunggu...
Andi Wi
Andi Wi Mohon Tunggu... Penulis - Hai, salam!

Bermukim di Cilongok - Banyumas - Jawa Tengah. Kamu bisa mulai curigai saya melalui surel: andozshort@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Masa Lalu yang Dihajar Rindu, Babak Belur

10 Juli 2015   03:40 Diperbarui: 10 Juli 2015   03:40 1342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

1/
di ujung malam
kantuk belum pulang
rindu menunggunya
di ambang pintu yang berkaca-kaca, airmata
 
2/
jalanan memang seperti nasib, yang mangkir ke buruk
tikungan, perempatan, laiknya ancaman
 
Ia kira, barangkali: begal memang sedang kesal.
;tak ada mangsa, rindu pun tak apa.

3/
rindu manyun. bukan, tapi tegang
lalu keringatnya itu keluar. besar-besar
sebesar harapan.

4/
di selasar angkasa
bintang-bintang semakin kekar
menggelar, kontes: siapa yang paling terang, yang paling ia terangkan
dalam kesepian.

5/
untunglah ia ingat kata guru ngajinya
rindu; tak ada dalam rukum islam
atau rukum iman
tunaikan saja, jika itu
upaya menggenapi rindu yang perlu, tanpa kesedihan.

6/
baru setengah babak ia berdoa kepada Tuhan,
matanya menemukan tuan.
O, tunggu! Itu itu dia, rindu,
"muka kamu kenapa, kok babak belur begitu?"
"Habis dihajar kamu yang rindu masa lalu."

 

 

---

Mangkok yang Menguap. 10 Juli 2015

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun