[caption id="attachment_371632" align="aligncenter" width="500" caption="ilustrasi:celotehnona.files.wordpress.com"][/caption]-
pada malam yang begitu canggung. Rindu yang belum bangun. Sepi terus mengacung
Dari hujan yang turun tempias di daun jendela. Mengembun di kepala, di dada: terbelah
Pohon-pohon di luar jendela bernyanyi, menimang Sepi seperti bayi
Suaranya merdu, mendayu-dayu.
Sesekali saya ikuti bernyanyi
dengan lirih
takut. Sepi akan terbangun.
Saya kencangkan sedikit suara Saya. Rupanya, Sepi memang tertidur lelap sekali.
Sepertiga malam
Rindu, saya bangunkan.
"Sholat yuk," kata saya
Rindu diam. Tak berucap sepatah kata pun.
kurasa, Rindu, tidurnya tak mau diganggu.
Saya bangun, mengambil air wudhu. Menghadap kiblat.
Selesai sholat, saya temui, Rindu lagi. Namun ia sudah tidak ada
Pergi.
Entah kemana.
Saya lihat, Sepi yang tertidur lelap. Sangat lelap.
Saya selimuti, Sepi dengan sarung yang saya kenakan tadi.
Lalu tidur di samping, Sepi
kami tertidur sampai pagi
Bahkan ketika saya sadar, ada yang mengetuk pintu
Saya berpikir itu hanya, Mimpi.
Yang menjelma jadi, Rindu. Bukan, kamu....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H