Mohon tunggu...
andi wahyu irawan
andi wahyu irawan Mohon Tunggu... Dosen - Penggiat di Yayasan Pendidikan Malabi Indonesia

Sedang menjalankan sekolah non formal dan program sosial

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjadi Guru yang Kompeten Sepanjang Hayat

4 Juni 2022   23:59 Diperbarui: 5 Juni 2022   00:09 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah studi tentang program sertifikasi guru oleh the Paramadina Public Policy Institute (PPPI) mengungkapkan temuan menarik: orang tua dan siswa puas dengan kinerja guru yang memiliki kompetensi sosial dan pribadi yang tinggi, begitupun sebaliknya. Selain itu, sebuah studi yang disponsori oleh USAID dan Pro-Rep (Program Representasi, a project focusing on improving democracy) juga mengungkap kurangnya pengetahuan guru tentang keterampilan teknologi informasi dan kurang memiliki komunikasi yang baik.

Terdapat kesenjangan yang cukup lebar antara kebutuhan sekolah yang tinggi pada guru dengan keterampilan dan kemampuan profesional dengan kompetensi lulusan perguruan tinggi keguruan (LPTK). 

Untuk itu, model rekrutmen baru harus fokus pada kompetensi guru yang kuat seperti yang dipersyaratkan oleh sekolah dalam pelaksanaan praktik pendidikan yang berkualitas. 

Hampir semua literatur pendidikan mendefinisikan kompetensi sebagai gabungan kemampuan pribadi, mulai dari pengetahuan, sikap, keterampilan, dan praktik. Artinya bukan hanya soal kompetensi kognitif saja tetapi juga afektif dan psikomotorik. Dengan demikian, calon guru harus menguasai ketiga komponen keahlian tersebut.

Menjadi Guru Sepanjang Hayat

Sertifikasi guru sebagai benteng terakhir dalam mempertahankan kompetensi guru, ibarat dua sisi mata uang. Disi lain guru yang telah mengabdi lama menganggap layak untuk mendapatkan sertifikasi atas dedikasinya dipendidikan---terlepas dari kompetensi mereka. Disisi lain, sertifikasi menjadi simbol pencapaian seumur hidup bagi guru yang berkompeten.

Sayangnya, tidak sedikit guru bersertifikat tidak merasa berkewajiban untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensinya. Sertifikasi hanya kedaluwarsa ketika mereka pensiun.

Dalam hal ini, profesi guru harus belajar dari profesi lain seperti pilot, akuntan publik atau praktisi medis yang harus melakukan evaluasi secara berkala untuk mempertahankan status sertifikasinya.

Penguasaan keterampilan mengajar harus dipertahankan dan diperbarui sepanjang masa hidup guru; pada kenyataannya, semua guru harus mengadopsi sikap pembelajar sepanjang hayat. Sebagai pembelajar seumur hidup, guru akan terus memikirkan cara-cara baru untuk menyampaikan pengetahuan baru kepada siswa.

Guru seharusnya tidak mudah berpuas diri tentang dunia material. Tujuan mulia mereka adalah untuk menumbuhkan kemampuan dan mempersiapkan generasi masa depan.

*Andi Wahyu Irawan

Mahasiswa Program Doktor Bimbingan & Konseling Universitas Pendidikan Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun